JAKARTA, KOMPAS.com - Imbauan pemerintah untuk membatasi aktifitas di luar rumah untuk menghindari penyebaran wabah virus corona (Covid-19) berdampak signifikan terhadap lalu lintas harian.
Berdasarkan data yang diolah TomTom Traffic Index, presentase pertambahan waktu di berbagai wilayah DKI Jakarta mengalami penurunan drastis, kecuali pada awal pekan.
Hal tersebut dihitung berdasarkan indeks kemacetan (congestion index) yang menggunakan skala presentase 0-100. Artinya, semakin tinggi indeks maka semakin macet perjalanan dari satu tempat ke tempat lain.
Sebagai contoh, perjalanan dari Palmerah Selatan, Jakarta Selatan menuju Mampang Prapatan, Jakarta Selatan waktu tempuh normalnya 30 menit. Jika indeks rata-rata wilayah adalah 20 persen, maka rumusnya 20/100 x 30 menit = 6 menit.
Jadi disimpulkan bahwa penambahan waktu yang dibutuhkan karena macet atau kepadatan kendaraan di Palmerah Selatan-Mampang Prapatan ialah 6 menit.
Grafik di atas menunjukkan pergerakan indeks kemacetan di Jakarta selama tujuh hari belakangan atau pascaimbauan work from home (pembatasan aktivitas) dibandingkan dengan rata-rata kemacetan harian di keadaan normal.
Terlihat bahwa sebelum adanya pembatasan, indeks kemacetan tertinggi pada jam-jam sibuk pagi dan sore atau pada rentang 49 persen ke 75 persen. Kemudian pada Senin (16/3/2020) atau hari pertama imbauan, ada sedikit pergerakan negatif walau tak terlalu signifikan.
Tapi pada enam hari berselang, kemacetan terus mengalami penurunan signifikan hingga mencapai titik terendah yakni 36 persen sampai 46 persen. Hal ini terjadi di jam sibuk, baik pagi maupun sore.
Meski demikian, penurunan kemacetan di wilayah DKI Jakarta tidak lebih ekstrem dari Manlia, Filipina. Kota paling macet kedua di dunia tahun lalu ini rata-rata kemacetannya mencapai 117 persen. Namun usai dilakukan lockdown, terjadi penurunan hingga melebihi 60 persen.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/03/23/083200815/kemacetan-lalu-lintas-dki-jakarta-turun-46-persen-