JAKARTA, KOMPAS.com - Menyasar anak muda yang peduli terhadap penampilan, Honda Genio tampil dengan gaya retro namun sporty. Dilengkapi mesin generasi baru eSP 110cc, skutik ini mengisi segmen antara BeAT dan Scoopy.
Kompas.com mencoba lebih intim dengan Genio. Kami berkesempatan kencan beberapa hari untuk menemani beraktifitas di seputaran Jakarta. Melewati terik, hujan dan genangan air, hingga macet dan kondisi jalan kosong di waktu malam.
Saat pertama mencoba terlintas bahwa bobot Genio cukup ringan. Ternyata saat melihat spek wajar saja, Genio yang dicoba adalah tipe CBS-ISS dan memiliki curb weights 90 kg, atau hanya beda 1 kg dari BeAT baru dengan bobot 89 kg.
Dengan bobot itu tentu bukan hal sulit mengendalikan motor. Buat yang pernah mencoba BeAT, yang notabene skutik paling laris di Indonesia maka dipastikan tidak butuh adaptasi berlebih. Buka gas dan motor langsung jalan.
Adapun soal dimensi Genio juga hampir sama dengan BeAT 2020. Meski tidak kentara. Rinciannya yaitu memiliki panjang 1.869 mm, lebar 692 mm dan tinggi 1.061 mm. Sedangkan BeAT 2020 memiliki panjang 1.877 mm, lebar 742 mm, dan tinggi 1.030 mm.
Tinggi jok Genio 740 mm membuat pengendara dengan tinggi 165 cm dipstikan tidak bakal kesulitan menjejakkan kedua kaki di tanah. Tinggi jok ini sama persis seperti BeAT. Sehingga seperti dikatakan, tidak berbeda jauh.
Ergonomi bagian dek dan setang juga cukup nyaman. Untuk posisi duduk pun cukup nyaman. Hanya saja catatan Kompas.com, jok Genio sedikit berundak di tengah.
Hal itu membuat posisi bokong tidak bisa terlalu ke belakang karena seperti terganjal. Bagian depan jok yang meruncing juga membawa dua dampak. Di satu sisi membuat gerak paha lebih leluasa tapi juga bakal cepat lelah jika perjalanan sedikit jauh.
Adapun paduan bobot ringan dan posisi yang cukup familar membuat Kompas.com asyik saja membawa skutik yang dibanderol Rp 17.980.000 (CBS-ISS) dan Rp 17.509.000 (CBS) on the road (OTR) Jakarta ini diajak beraktifitas.
Mengenai rasa berkendara, Genio serupa BeAT yang lincah. Motor cukup nyaman mengikuti gerak tubuh yang dibawa meliuk-liuk. Kaki-kakinya mengusung pelek 14 inci. Pengendara pemula sepertinya tak akan kesulitan.
Kelebihan
Mengusung rangka baru eSAF Honda mengklaim bisa menekan bobot sasis sampai 8 persen. Rangka baru juga membuat Honda bisa membenamkan tangki BBM lebih besar yakni 4,2 liter dan bagasi lebih luas 14 liter.
Memang ukuran bagasi ini tetap tidak bisa menampung helm, meski untuk helm open face tapi sangat muat untuk hal lains semisal jas hujan, gawai dan perlengkapan lain. Upaya untuk melebarkan bagasi dan tangki di bawah jok pun patut diapresiasi untuk skutik kelas 110cc.
Akselerasi Genio cukup responsif. Mengusung mesin generasi baru eSP, hal yang bisa dikatakan ialah Honda mengerti pasar yang dituju yaitu anak muda.
Keunggulan lainnya yaitu mesin tidak berisik dan halus. Catatan Kompas.com suara knalpotnya enak didengar. Jika jalanan sepi seperti di dalam komplek, saat tutup gas karena ada polisi tidur terdengar suara ''derr...'' yang sekilas mengingatkan suara Suzuki Smash.
Kekurangan
Instrumen klaster sangat sederhana. Bentuk keseluruhannya bulat tapi layar informasinya persegi panjang kecil. Kelebihannya sangat mudah dibaca, tapi kekurangannya terlalu simpel. Skemanya mengingatkan kalkulator.
Letak soket pengisian daya untuk ponsel atau gawai berada di bagasi jok. Selain karena masih ada kekhawatiran dari sisi keamanan, letak di dalam jok membuat pengendara sulit menjangkau ponsel.
Memang di satu sisi pemakaian ponsel saat berkendara dilarang oleh semua penggiat safety riding. Tapi tak dipungkiri meski sudah menepi untuk mengecek ponsel tetap haru turun dari motor dan membuka jok.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/02/25/184100815/rasanya-kencan-harian-bersama-honda-genio