JAKARTA, KOMPAS.com- Ban menjadi bagian yang sangat vital dalam keselamatan berkendara. Maka dari itu, kondisinya harus benar-benar bagus dan masih layak digunakan.
Akan tetapi, tidak sedikit yang masih mengesampingkan kondisi ini. Misalnya, tetap menggunakan mob meskipun kondisi ban sudah tipis.
Bahkan ada juga yang nekat menggunakan ban suntikan atau siletan untuk mengakali kondisi permukaan yang sudah menipis.
Ban suntikan sendiri, yakni pembatikan ulang pada kembangan ban yang sudah halus.
Cara ini dilakukan secara manual menggunakan alat khusus yang biasa digunakan. Ban suntikan ini juga dijual bebas di pasaran dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan ban pada umumnya.
Padahal penggunaan ban suntikan ini sangat tidak disarankan, karena bisa berbahaya bagi keselamatan.
On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal, Zulpata Zainal menyampaikan, penggunaan ban suntikan ini cukup riskan.
Sebab, dalam membuat kembangan ban dilakukan secara manual dan tanpa perhitungan yang matang. Pembuatan ini hanya mengikuti bekas kembangan yang sudah ada.
“Ban suntikan ini cukup riskan, kalau sayatannya pas tidak masalah, suntikan ini kan didalemin sedikit kalau sayatan tidak pas bagaimana," kata Zulpata kepada Kompas.com, Sabtu (22/2/2020).
Zulpata melanjutkan, jika tidak tepat justru akan bisa mengenai lapisan belt dari ban. Padahal sisa karet bagian dalam telapak ban sangat tipis dan hanya beberapa milimeter saja.
“Sisa karet bagian dalam telapak ban ke bagian belt sangat sedikit sekali, paling juga beberapa milimeter saja, jadi lebih banyak resikonya gitu,” ucapnya.
Akibat kondisi itu, bukan tidak mungkin ban akan pecah saat digunakan. Sehingga, penggunaan ban suntikan sangat tidak disarankan demi keselamatan.
Jika kondisi ban sudah aus, sebaiknya dilakukan penggantian dengan yang baru sehingga keamanan dan kenyamanan berkendara akan lebih terjamin.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/02/22/102905415/ini-alasan-kenapa-mobil-dilarang-pakai-ban-suntikan