JAKARTA, KOMPAs.com - Meski diakui punya banyak kelebihan dibandingkan Biodiesl 20 persen atau B20, tapi penerapan B30 tak lepas dari masalah pro dan kontra. Terutama di kalangan pengguna kendaraan diesel, baik yang pribadi atau transportasi umum.
Contohnya seperti yang diutarakan Pengurus Pusat Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Anthony Steven Hambali. Menurut dia, penerapan B30 sebenarnya tergantung dari putaran pengisian bahan bakar dari kendaraannya sendiri.
"Sejauh ini untuk unit-unit di PO kami memang belum ada masalah, tapi rekan-rekan lain kabarnya banyak yang mengalami masalah, seperti penyumbatan, durasi pergantian filter yang lebih cepat, dan lain sebagainya," kata Anthony saat dihubungi Kompas.com, Rabu (12/2/2020).
Lebih lanjut, Anthony menjelaskan bila penggunaan B30 pada bus-bus AKAP miliknya bergantung pada teknis masa pengisian bahan bakarnya sendiri.
Artinya, selama setelah diisi penuh dan digunakan berjalan sampai habis, sejauh ini tidak ada masalah.
Beda dengan halnya ketika setelah diisi namun penggunaan kendaraan justru jarang digunakan. Akibatya diakui memang menimbulkan pengendapan pada tangki bahan bakar.
"Kalau kita pakai sampai habis untuk operasional selama ini tidak ada pengendapan, karena sifatnya habis lalu isi lagi, beda mungkin dengan mobil pribadi yang dalam satu minggu hanya mengisi satu atau dua kali," ujar dia.
Sementara Ketua Umum IPOMI Kurnia Lesani Adnan, juga pernah mengatakan keragunan soal B30. Pasalnya sampai saat ini saja masalah atas sifar dasar biodisel yang bisa menjadi gel atau penggumpalan belum terselasaikan.
"Sekarang saja yang B20 masih suka bermasalah yaitu pada sifat bahan bakar yang menjadi gel (menggumpal). Sehingga, pada wilayah yang dingin, pengendara harus memanaskan dahulu supaya kembali mencair," kata dia belum lama ini.
"Belum lagi pergantian filter solar yang lebih cepat. Perlu diketahui, filter solar ada dua, masing-masing berharga Rp 300 ribuan. Injektor juga bisa bermasalah, ini harganya mencapai Rp 16 juta jika diganti. Makanya, kami perlu jaminan garansi kalau injektor aman sampai beberapa tahun," kata Sani.
Nada tersebut juga sempat keluar dari Sekertaris Umum Komunitas Panther Mania Felix Valentino. Dia menceritakan pernah mengalami kejadin yang lebih ekstrem, yakni B30 yang bertransformasi menjadi gel atau membeku ketika ketika touring di lokasi yang memiliki suhu udara dingin.
"Kejadian itu bisa terjadi di daerah yang tinggi, misal saat lagi touring ke Dieng di Jawa Tengah atau Bromo di Jawa Timur, pasti berubah jadi gel,” ujar Felix.
"Biasanya tergantung kita, berhenti berapa jam. Kalau berhenti semalaman, akan sulit distarter pas pagi hari. Kalau mau cepat, biasanya tangkinya kita siram saja pakai air panas, nanti lama-lama dia akan mencair sendiri," ucapnya.
Mengenai perubahan Biosolar B30 ke gel saat menemui udara dingin, dianggap hal yang wajar terjadi oleh Ahli Konversi Energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Intitut Teknologi Bandung Tri Yuswidjajanto Zaenuri.
"Karena masih bersifat lemak jenuh, otomatis temperatur rendah dia membeku. Contohnya seperti minyak kelapa yang ada di supermarket, warnanya menjadi putih karena ada di ruangan ber-AC," ucap Tri.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/02/13/071200315/ragam-masalah-biosolar-b30-dari-usia-filter-sampai-jadi-gel