JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) diketahui kembali melakukan uji coba penggunaan Biodiesel B100 di sejumlah wilayah DKI Jakarta.
Berdasarkan foto yang diperoleh Kompas.com, terlihat bahwa satu unit Toyota HiAce milik Kementan tengah melintas ruas tol JORR menuju arah Pasar Minggu - Mampang Prapatan.
Menariknya, di bodi samping mobil tetulis "Road Test Biodiesel B100", lengkap dengan gambar nozzle bensin dan logo Kementerian RI. Terdapat juga keterangan yang menegaskan bahwa mobil menggunakan bahan bakar hijau atau ramah polusi.
Dikonfirmasi, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengaku tidak mengetahui adanya uji coba B100 terhadap seluruh produk Toyota. Ia memperkirakan bahwa pengujian dilakukan secara individual atau tidak serempak.
"Setahu saya, yang dilakukan uji coba bersama itu B30 kemarin," kata Anton kepada Kompas.com, Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Hingga berita ini diterbitkan, baik Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral belum memberikan informasi lanjut mengenai temuan tersebut.
Kementan Pernah Uji Coba B100
Tahun lalu, Kementan pernah melakukan hal serupa yakni menguji penggunaan B100 pada kendaraan bermotor. Hasilnya, bahan bakar mampu mencapai jarak 13,1 kilometer per liter atau lebih jauh dibanding solar biasa yang hanya mencapai 9 kilometer per liter.
"Lebih dari itu, penggunaan B100 ini bisa menghemat devisa sebesar Rp 26 triliun yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani sawit," kata Pelaksana Tugas Jenderal Kementan, Momon Rusmono dalam siaran resminya.
Momon menyebutkan, penghematan ini bisa didapat dari substitusi impor solar yang selama ini cukup tinggi. Di sisi lain, biodiesel juga mampu mengurangi pencemaran lingkungan karena rendah polusi dan berbahan baku kelapa sawit 100 persen.
"Kita sudah membuktikan dengan uji coba pada mobil-mobil dinas Kementan. Dari ujicoba ini, para sopir mengaku kualitas Biodiesel B100 sudah setara dengan DEX yang selama ini digunakan," katanya.
Direktur Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum dan Keamanan, Kementerian Kominfo, Bambang Gunawan menyebutkan bahwa penggunaan biodiesel B100 dapat berpengaruh pada kondisi ekonomi secara nasional.
"Harganya 40 persen lebih murah. Makanya penggunaan B100 ini berpotensi menghemat devisa sebesar Rp 26,66 triliun," katanya.
Selain itu, ia juga menyebut penggunaan biodiesel juga lebih ramah lingkungan karena karbon monoksida (CO) yang dihasilkan 48 persen lebih rendah jika dibanding dengan penggunaan solar.
Masalah B100
Pada kesempatan terpisah, PT PLN (Persero) menyebut bahwa biodiesel dengan baunran 100 persen minyak kelapa sawit ini tidak baik digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Sebab, berpotensi untuk merusak mesin.
"Penggunaan CPO 100 persen menghasilkan emisi lebih besar 1,5 sampai dengan 2 kali dibanding solar biasanya. Kini kita sudah menggunakan B20 dan B30," kata Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini.
Selain itu, sifat biodiesel yang menjadi gel dan pembersih kerap membuat masalah. Pasalnya, itu membuat mesin menjadi terhambat dan pada akhirnya rusak.
"Mohon izin, sebaiknya rencana ini diterapkan pada mesin diesel yang memang didesain untuk menggunakan bahan bakar nabati," ujar dia lagi.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/02/12/142913515/bahan-bakar-solar-b100-mulai-dilakukan-tes-jalan