JAKARTA, KOMPAS.com - Perlahan tapi pasti dunia memasuki era kendaraan listrik. Honda pun sudah mulai penetrasi dengan menghadirkan PCX Electric, hanya saja belum dijual ritel melainkan pakai sistem sewa.
Wakil Presiden Direktur Eksekutif PT Astra Honda Motor (AHM) Johannes Loman, mengatakan, alasan Honda belum memasarkan PCX Electric karena baterainya masih mahal sehingga membuat harganya ikut tinggi.
"Problem yang ada itu adalah biayanya, terutama baterai, karena belum sampai ke skala ekonomi. Kalau nanti baterai sudah bisa diproduksi di Indonesia, menurut saya ini akan bisa dimulai," kata Loman di Jakarta, belum lama ini.
Soal harga PCX Electric, beberapa waktu lalu sempat heboh di Facebook bahwa benderol PCX listrik bisa tembus hingga Rp 100 juta, tepatnya mencapai Rp 109 juta dengan pajak tahunan Rp 2,18 juta.
Meski tidak ditanggapi secara rinci oleh Honda, timbul pertanyaan mengapa harga skuter listrik itu sangat tinggi. Padahal sejumlah pemain motor listrik yang kebanyakan asal China bisa menekan harga cukup murah.
Menanggapi hal itu, Loman mengatakan, selain soal teknologi, perbedaannya ialah soal standar keamanan yang ditetapkan Honda. Pun, termasuk di dalamnya soal standar pengolahan limbah baterai.
"Kita kalau memasarkan sesuatu memikirkan keamanannya. Karena baterai kalau tidak dikelola dengan baik itu tidak aman limbahnya. Kalau tidak memikirkan limbah, tidak memikirkan keamanan bisa lebih murah seperti handphone, jadi yang penting standar-standarnya," katanya.
Loman mengatakan, saat ini di China sendiri pun pasar motor listrik bukan yang utama. Bahkan di dunia pasar motor listrik masih terbilang kecil. Meski tidak disangkal bahwa tren ke depan akan menuju ke arah sana.
"Tapi memang kalau saya amati, di China sendiri pun motor listrik itu belum besar, yang besar itu ya belum ada, mobil listrik di dunia juga belum besar. Tapi saya percaya suatu saat era itu akan ada," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/01/22/074200715/bos-ahm-membeberkan-alasan-honda-pcx-electric-belum-dijual-massal