JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sedikit diterpa isu negatif soal konstruksi, namun pada hari pertama pengoperasinya (15/12/2019), Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek atau Elevated II, diklaim mendapat sambutan cukup baik oleh pengguna jalan.
Hal ini dibuktikan dari ramainya kendaraan golongan I yang melintasi tol layang terpanjang di Indonesia tersebut sejak dibuka pada pukul 06.00 WIB. Apalagi dalam menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru, masyarakat masih bebas melintasinya tanpa tarif.
Menurut Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru, dari hasil evaluasi sementara terlihat pada rentang waktu sore hari jumlah pengguna pada Jalur B (Karawang-Cikunir) mencapai lebih dari 2.600 kendaraan per jam, sementara Jalur A (Cikunir-Karawang) di atas 1.800 kendaraan per jamnya.
"Kondisi lalu lintas ramai lancar, dari data terlihat vehicle/capacity ratio (V/C) di Jalur A mencapai 0,4 dan di Jalur B mencapai hampir 0,6," kata Heru dalam keterangan resminya, Selasa (17/12/2019).
Dengan dioperasikannya tol layang yang memiliki panjang 36,4 km tersebut, juga terdapat kenaikan voluma arus lalu lintas pada ruas Tol Jakarta-Cikampek sebesar 5,8 persen. Dari lalu lintas harian rata-rata (LHR) sebesar 413.000 menjadi 437.000 kendaraan.
"Kami juga mencatat pengoperasian tol Japek Elevated mengakibatkan kenaikan lalu lintas yang signifikan pada beberapa gerbang tol, seperti Karawang Timur, Kalihurip Utama 1, dan Cikampek Utama 1," ucap Heru.
"Kami terus mengevaluasi kinerja pencapaian target lalu lintas ini dan kami persilakan pengguna jalan mencoba Japek Elevated, dengan tetap mematuhi peraturan dan menjaga ketertiban lalu lintas," kata dia.
Mengutip dari Kompas Properti, terkait soal penampakan foto viral jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek yang nampak bergelombang, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra S Atmawidjaja, mengatakan, pembangunan tol tersebut merupakan proyek tol yang paling kompleks.
Endra menjelaskan posisi struktur tol layang tersebut didesain seoptimum mungkin, tetapi tetap memenuhi standar geometrik. Hal tersebut dengan tujuan agar dimensi fondasi dan pier tidak terlalu besar, mengingat ruang yang tersedia di bawahnya terbatas.
Ketinggian rata-rata jalan tol layang ini mencapai tujuh sampai delapan meter dari elevasi Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting, tetapi terdapat penyesuaian ketinggian di beberapa titik pada perlintasan dengan jalan lokal dan jalan tol eksisting.
"Demikian halnya dengan alinyemen vertikal jalan tol ini telah didesain memenuhi persyaratan geometrik dan keselamatan jalan dengan desain kecepatan rencana 60-80 kilometer per jam," urai Endra.
Peneliti Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno, juga mengatakan, untuk alinyemen vertikal memang tidak dibuat lurus, agak bergelombang bila dilihat dari kejauhan. Hal ini dirancang untuk menghemat biaya konstruksi, tetapi masih mematuhi norma pedoman membangun jalan yang berkeselamatan.
Pada area jembatan penyeberangan orang (JPO) atau overpass, maka elevated naik lebih tinggi. Terus akan kembali lagi ke elevasi normal. Karena banyaknya alinyemen vertikal, maka jadinya naik turun.
"Jika di foto-foto memang kesannya meliuk-liuk, padahal tetap aman," imbuh Djoko.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/12/18/090200415/meski-bergelombang-tol-layang-jakarta-cikampek-diklaim-ramai-lancar