JAKARTA, KOMPAS.com – Datsun Go dan Go+ menjadi salah satu pilihan kendaraan di segmen LCGC (Low Cost Green Car). Mengusung mesin 1.200 cc 3-silinder bertenaga 86 tk dan torsi 107 Nm, mobil ini terkenal memiliki konsumsi bahan bakar yang irit.
Ahmad Zailani, Ketua DGCI (Datsun Go Community Indonesia) Chapter Depok mengatakan, selain irit bahan bakar, mesin Datsun Go dan Go+ juga terbilang minim keluhan.
“Ada yang ragu dengan mesin 3-silinder, tapi saya pakai keluar kota aman-aman saja. Pengalaman saya dari Jakarta ke Yogyakarta, biaya bensin hanya perlu Rp 250.000, diisi dengan Pertalite,” ucapnya kepada Kompas.com Senin (25/11/2019).
Walaupun terbilang puas dengan performa mesin Datsun, Zailani juga memiliki keluhan dengan mobil yang dimilikinya. Keluhan ini rupanya mempengaruhi sisi kenyamanan saat berkendara.
“Kekurangan paling dari AC, sudah beberapa kali tidak dingin, akhirnya saya ganti evaporator. Itu penggantian spare part paling ‘terasa’, karena sampai Rp 1 jutaan,” katanya.
Hendry Samosir, Service Manager PT Mimosa Putra Abadi (MPA), dealer Nissan Datsun di Bekasi Barat, mengatakan ada dua penyebab evaporator mobil bermasalah. Pertama karena tersumbat kotoran.
Hendry menjelaskan, evaporator berfungsi untuk menurunkan suhu udara. Jika terjadi pengendapan kotoran, proses pendinginan tidak akan maksimal.
“Selain proses pendinginan gagal, biasanya juga akan tercium bau tak sedap, itu tanda evaporator mulai bermasalah,” ujar Hendry.
Kedua, penyebab evaporator bermasalah adalah kebocoran. Hal ini biasanya terjadi karena usia pemakaian. Komponen yang berguna mendinginkan freon yang disemprotkan dari katup ekspansi ini jadi tak berfungsi maksimal kalau ada bagian yang bocor.
“Freon terbuang percuma lewat lubang kebocoran, makanya AC tidak dingin. Evaporator yang sudah bocor sebaiknya memang diganti baru,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/11/26/064200815/stop-produksi-di-2020-ini-kelebihan-dan-kekurangan-datsun