JAKARTA, KOMPAS.com — Pernyataan Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) terkait bahan bakar minyak (BBM) beroktan rendah, seperti Premium 88, Pertalite 90, Solar 48, dan Dexlite, sudah seharusnya dihapus, menjadi perhatian banyak orang.
Alasan dia, BBM yang punya kualitas rendah itu ikut menyumbang tingginya emisi gas buang, terutama di DKI Jakarta. Menurut Ahmad, sudah seharusnya mobil dan sepeda motor menggunakan BBM dengan oktan tinggi.
Apalagi per Oktober 2018 seluruh mobil yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia untuk mesin bensin wajib memiliki standar emisi gas buang Euro IV. Artinya, penggunaan BBM juga harus lebih tinggi untuk menjaga performa jantung pacu.
Jika tetap menggunakan BBM seperti Premium dan Pertalite sudah pasti memengaruhi kinerja mesin.
Menurut Sapta Agung Nugraha, Service Head Auto2000 cabang Bekasi Barat, mesin Euro IV semestinya menggunakan BBM Research Octane Number (RON) di atas 95, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Hal tersebut karena kompresi tinggi, yaitu 11:1, sehingga pembakaran lebih sempurna.
"Sehingga dengan RON di atas 95 akan lebih mudah mendapatkan performa maksimal, lebih irit dan dalam jangka waktu panjang menghindari ruang bakar terjadi kerak karbon yang banyak," ujar Sapta kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Apabila dipaksa mengonsumsi BBM jenis Premium dan Pertalite, akan timbul efek buruk pada sektor mesin, terutama buat jangka waktu yang panjang.
"Pembakaran menjadi kurang maksimal, dan jangka panjangnya bisa timbul kerak karbon yang lebih banyak sehingga yang dirasakan mesin menjadi ngelitik (knocking) dan boros BBM," ucap Sapta lagi.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/20/100740015/efek-buruk-mobil-euro-iv-konsumsi-bbm-premium-dan-pertalite