JAKARTA, KOMPAS.com - Sepeda motor disebut sebagai penyumbang polusi udara terbesar di DKI Jakarta. Kondisi itu dinilai benar oleh sejumlah orang, termasuk dari kalangan pemerhati transportasi di Indonesia.
Seperti yang dikatakan Pengamat Transportasi UI, Ellen Tangkudung saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Senin (19/8/2019). Menurut dia, tak salah bila menyebut motor penyumbang polusi terbesar di DKI Jakarta, khususnya.
"Sebagaimana dikatakan Menteri Perhubungan beberapa waktu lalu, kendaraan bermotor menyumbang 75 persen polusi di DKI Jakarta. Saya belum melihat detil data dari Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), namun simpulan mereka serupa. Jadi memang benar," kata Ellen.
Menurut Ellen, bila dilihat besaran emisi berdasarkan bensin, motor lebih kecil daripada mobil. Tetapi, penyebaran motor sangat merata. Tidak seperti industri yang terpusat, atau mobil, angkutan umum, maupun bus kota yang jalur operasionalnya terbatas.
"Bahkan mungkin saat ini setiap rumah, tanpa terkecuali, paling tidak memiliki satu motor. Belum lagi transportasi online sedang marak. Maka persebaran polusi yang diberikan sepeda motor lebih efektif," ujar Ellen.
"Berbicara gas buang, mobil itu sekarang lebih ramah lingkungan dan penggunanya lebih sadar akan hal tersebut dibanding pemotor. Contoh saja dalam pengisian bahan bakar kendaraan dan perawatan kendaraannya," katanya.
Oleh sebab itu, Ellen sangat mendukung untuk pengoperasian motor dibatasi sebagaimana mobil, yakni melalui metode pelat nomor kendaraan ganjil dan genap.
"Ganjil genap ini sudah mulai terasa dampaknya, tapi untuk mengurangi polusi saya rasa belum optimal. Jadi saya dukung sekali untuk motor diberlakukan hal serupa," ucapnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/19/182753815/pengamat-transportasi-setuju-jika-motor-disebut-penyumbang-polusi