JAKARTA, KOMPAS.com - Esemka menolak disebut sebagai mobil nasional (mobnas) Indonesia. Pihak PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) mengatakan, lebih cocok disebut mobil produksi Indonesia, ketimbang mobnas.
Eddy Wirajaya, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) mengatakan, status mobnas tidak tepat buat Esemka. Sebab Esemka merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembuatan atau produksi mobil di Indonesia, tepatnya melalui pabrik yang berlokasi di Boyolali, Jawa Tengah.
"Kami bukan mobil nasional, tapi kami murni Indonesia. Kami produksi mobil di Indonesia dengan menggunakan tenaga dari Indonesia," ucap Eddy Wirajaya, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka), di Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Para pekerja yang ada di pabrik itu juga diambil dari lulusan berbagai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Solo Raya serta Jawa Tengah. Eddy menegaskan bila Esemka sudah mulai beroperasi layaknya pabrik mobil lain tanpa adanya fasilitas khusus dari pemerintah.
Kembali ke sejarah otomotif nasional, pemakaian kata mobnas di Esemka tidak tepat. Kala itu pada pada 1996 Indonesia dituduh melanggar beberapa poin pada ketentuan General Agreements on Tariff and Trade (GATT).
Selanjutnya pada 22 April 1998, badan penyelesaian sengketa (Dispute Settlement Body) WTO memutuskan bahwa program mobnas melanggar asas perdagangan bebas. Proyek mobnas pun ditutup dan sejak itu tidak ada lagi istilah mobnas.
"Kami juga menggunakan komponen dari perusahaan lokal untuk suku cadang. Investasi kami murni Indonesia, tidak ada dari pihak asing dan tanpa ada pak Jokowi, itu clear," kata Eddy.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/14/111734815/alasan-kenapa-istilah-mobil-nasional-tidak-cocok-pada-esemka