JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan kata minyak rem merupakan hal yang salah. Cairan rem baik untuk mobil atau sepeda motor bukan berwujud minyak, sebaliknya, justru dapat menyerap molekul air atau disebut higroskopi.
Hal tersebut diungkapkan, Chief Mechanic Autochem Racing, Taqwa Suryo Swasono, yang mengatakan, higroskopi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbsi.
“Kebanyakan pengguna kendaraan terkadang tidak mengerti apa itu cairan rem. Menyebutnya dengan minyak rem, padahal yang disebut cairan rem bukanlah minyak karena sifatnya higroskopis atau menyerap air, apalagi iklim tropis di Indonesia,” kata Taqwa di GIIAS 2019, belum lama ini.
Karena sifatnya yang dapat mengumpulkan air maka cairan rem atau juga bisa disebut fluida rem rentan mengalami penurunan performa. Hal ini terjadi karena Indonesia memiliki tingkat kelembapan yang tinggi yaitu 60 - 80 persen.
"Ini sangat berpengaruh terhadap kondisi cairan rem, dengan kandungan air sebanyak 3 perse,n titik didih cairan rem akan turun hingga lebih dari 100 derajat celsius," katanya.
Untuk menjaga kondisi cairan rem tetap maksimal Taqwa mengatakan sebaiknya ganti cairan rem setiap 10.000 km atau paling lambat sekitar 30.000 km. Sebab cairan rem yang baik akan berpengaruh terhadap kinerja pengereman keseluruhan.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/07/30/135200015/jangan-sebut-minyak-rem-karena-itu-salah