Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sudah Laku 40 Unit, Berikut Plus-Minus Miliki Outlander PHEV

TANGERANG, KOMPAS.com - PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) mengklaim, kendaraan ramah lingkungannya, Outlander Plug-in Hybrid Electrified Vehicle atau PHEV mendapat respons positif dari masyarakat Indonesia.

Berdasarkan laporan diler, mobil berbanderol Rp 1,289 miliar itu sudah terpesan hingga 40 unit. Pemesanan dilakukan di luar pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019.

Hasil singkat ini menarik, sebab Outlander PHEV lahir tanpa keringanan dari pemerintah lewat Peraturan Presiden (Perpes) maupun Peraturan Pemerintah (PP). Dua paket kebijakan itu baru saja rampung dan sedang menunggu penandatanganan oleh Presiden Joko Widodo.

"Kami adalah brand yang menciptakan sesuatu. Kami hadirkan Outlander PHEV sebagai tanda komitmen Mitsubishi Motors untuk memberikan produk-produk terbaik dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan untuk masa depan Indonesia lebih baik," kata Naoya Nakamura, Presiden Direktur MMKSI pada peluncurannya di GIIAS 2019, Tangerang.

Lantas, apa saja yang diperoleh pemilik Outlander PHEV?

Berdasarkan penjelasan Head of Technical Service & CS Support Department MMKSI Boediarto, Kamis (26/7/2019), ada pemaparan soal biaya kepemilikan (servis dan penggunaan harian), penghematan energi, sampai manfaat lingkungan. Namun, punya mobil PHEV juga perlu perhatian lebih.

Berikut Plus-Minus memiliki Outlander PHEV:

1. Biaya Kepemilikan

Manfaat utama memiliki mobil berteknologi PHEV adalah biaya kepemilikan yang lebih murah dibanding mobil konvensional. Hal ini akan semakin terasa bila perbandingan cangkupannya meliputi biaya harian seperti biaya untuk bahan bakar.

"Kapasitas baterai Outlander PHEV adalah 13,8 kWh (kilo watt hour). Kalkulasi sederhananya, jika 1 kWh adalah Rp 1.500-an maka biaya yang dikeluarkan pemilik untuk mengisi daya mobil dari nol sampai penuh adalah Rp 20.700-an," kata Boediarto.

Pada pengujian internal Mitsubishi Indonesia, lanjutnya, perbandingan PHEV dengan mobil konvensional saat menempuh jarak 55 kilometer berkisar 40 persen (dalam nilai rupiah).

Bicara soal perawatan rutin, Boediarto belum mau mengatakannya secara detil. Namun, dinyatakan tidak ada perbedaan dengan mobil konvensional.

"Perawatan PHEV ini sama saja karena mobil masih memiliki mesin bensin yang fungsinya sebagai generator. Jadi, masih ada jadwal pergantian oli dan sebagainya," ujar dia.

Sayangnya, komponen paling utama pada Outlander PHEV yakni baterai, tidak murah karena teknologi yang diusung masih mahal. Harga baterai diperkirakan mencapai Rp 200 juta.

"Masa hidup baterai ini bisa sampai 10 tahun. Guna meringankan beban pemilik juga, Mitsubishi memberikan garansi tiga tahun atau setara dengan 100.000 kilometer untuk baterai dan mobilnya. Jadi jangan khawatir," kata Boediarto.

2. Ketangguhan sebagai mobil harian

Sebagai kendaraan penumpang, Outlander PHEV tentu harus bisa diandalkan sebagai mobil harian. Dalam artian, mobil harus 'bandel' untuk melintas di cuaca panas maupun hujan.

Dijelaskan Boediarto, pada dasarnya menggunakan Outlander PHEV sama saja ketika membawa mobil konvensional. Namun memang harus ada beberapa hal yang patut diperhatikan khususnya ketika parkir.

"Diusahakan supaya parkir tidak di bawah matahari langsung, khususnya untuk wilayah Jabodetabek. Karena baterai mobil tempatnya di bawah (lantai)," ujar dia.

Ketika baterai terlalu panas, usia dari komponen itu bisa surut. Sama hal nya seperti baterai pada ponsel maupun powerbank. Fluktuasi temperatur sangat berpengaruh pada usia baterai.

"Tidak usah repot membayangkan seberapa panas baterai bila mobil diparkir di bawah matahari langsung. Rasakan saja temperatur di kabin mobil, pasti panasnya melebihi panas di luar. Jadi sebaiknya di hindari," kata Boediarto.

Sedangkan pada situasi hujan hingga banjir, Outlander PHEV hanya memiliki satu pantangan. Yakni, jangan sampai melaju di jalan yang genangan airnya melebihi setengah ban.

"Sebenarnya ini tidak berlaku untuk Outlander PHEV saja, tapi juga semua mobil. Karena batasan standar pabrikan memang segitu. Bila melebihi ditakutkan timbul masalah yang tidak diharapkan," kata dia lagi.

3. Manfaat Lainnya

Menggunakan mobil yang rendah emisi, tentu punya banyak manfaat lingkungan. Gas buang lebih rendah, mobil lebih kedap karena suara yang dihasilkan tidak meraung, dan sebagainya.

Outlander PHEV juga memiliki manfaat lain yakni dapat digunakan sebagai sumber daya listrik dalam keadaan darurat. Menggunakan mesin pembakaran konvensional dan motor listrik, baterai mobil disebut bisa digunakan untuk mengalirkan listrik ke dalam jaringan rumah.

"Pada keadaan baterai dan bensin penuh, Outlander PHEV ini bisa dijadikan suplai listrik darurat hingga seharian penuh," kata Boediarto.

Batasan energi yang bisa dialirkan oleh mobil tersebut adalah 1.500 watt, cukup besar untuk peralatan elektronik rumah tangga.

Bahkan berkat manfaat ini, Outlander PHEV sempat menjadi penyelamat hidup satu keluarga di Jepang saat bencana gempa bumi di Hokaido beberapa tahun lalu.

"Waktu itu, ada satu keluarga dengan empat anggota keluarga bertahan hidup selama 10 hari, hanya mengandalkan suplai listrik dari baterai Outlander PHEV,"kata Osamu Masuko, Chairman of Mitsubishi Motors Corporation (MMC) beberapa waktu lalu.

Osamu menekankan, bagi PHEV yang terpenting adalah tahu dulu, teknologi apa itu.

"Setelah tahu suka, setelah suka pakai, tapi bukan hanya untuk mengangkut sehari-hari tapi juga mendapat manfaat lain yaitu menjadi sumber daya listrik saat dibutuhkan," ucap Osamu.

https://otomotif.kompas.com/read/2019/07/26/092200415/sudah-laku-40-unit-berikut-plus-minus-miliki-outlander-phev

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke