JAKARTA, KOMPAS.com - PT Maxindo Renault Indonesia (MRI), opitmistis bermodalkan model terbarunya, Triber dan yang lain bisa eksis dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Lewat MPV murah Triber, merek Perancis ini berharap bisa menembus ceruk pasar yang besar di Tanah air.
MPV murah berkapasitas tujuh penumpang ini diklaim menjadi senjata utama yang bisa bermain di tiga kelas sekaligus. Mulai dari low cost green car (LCGC), low multi purpose vehicle (LMPV), dan hatchback.
Namun ada satu pertanyaan soal status dan kualitas dari Triber, karena meski mengusung brand asal Perancis, tapi produksinya sendiri dilakukan di India. Sementara diketahui, yang sudah-sudah mobil asal India kurang memiliki "nafas panjang" di Indonesia.
Menjawab hal ini, Chief Operation Officer PT MRI Davy J Tulian, mengatakan, dirinya sudah sangat mengetahui kualitas mobil buat India. Bahkan bukan pertama kali dia memasarkan produk blasteran untuk dipasarkan di Tanah Air.
"Saya tahu betul kualitas mobil India. Jujur saat awal saya khawatir, begitu melihat Renault Triber di sana (India) yang waktu itu masih trial pertama, saya cek celah bodi antar panel jempol saya bisa masuk, tapi coba sekarang (trial dua) yang dibawa ke Indonesia, kualitasnya sangat bagus," kata Davy kepada media di Bintaro, Jumat (12/7/2019) lalu.
Bahkan dia optimistis cara pandang masyarakat Indonesia akan berubah seiring berjalannya waktu. Apalagi bila produk-produk Renault nantinya akan berkembang dan mulai banyak populasinya.
"Yang bisa merubah pandangan itu adalah populasi. Jadi kami harus meramu semua kegiatan marketing kami. Kami juga siapkan jaringan penjualan, servis, produk keren, harga, semua kita ramu, sehingga sesegera mungkin mobil ini keluar di jalanan," ucap Davy.
Lokalisasi
Tidak hanya memasok produk dari India, Davy mengatakan, ke depan Renault akan serius untuk memulai merakit mobil di Indonesia dengan cara completely knocked down (CKD). Kondisi ini dilakukan agar bisa lebih kompetitif dengan menekan harga jual buat konsumen.
"Visi kami ke depan adalah memproduksi mobil CKD di Indonesia. Jadi kami ingin Renault bisa signifikan di sini dan kami ingin besar. Diskusinya sudah ada, tapi kapannya kami belum bisa putuskan sekarang karena masih banyak visibilitas start yang harus kami tempuh dalam proses ini," ucap Davy.
Davy menjelaskan memang nantinya Renault mau tidak mau harus melakukan CKD untuk mengikuti regulasi pemerintah. Karena bila tidak demikian, pastinya akan ada pembatasan kuota yang bisa menghambat laju bisnisnya untuk berkembang.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/07/15/070200715/mimpi-renault-bermodalkan-mpv-murah-di-indonesia