JAKARTA, KOMPAS.com - Lalu lintas Jakarta disebut sebagai salah satu yang paling padat di dunia. Tak pelak pada jam sibuk mudah terjadi gesekan, bahkan tidak sedikit pula yang meluapkan emosi dengan mencaci-maki hingga berkelahi di jalan.
Edo Rusyanto, Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman), mengatakan, entah itu pengemudi mobil maupun pengendara sepeda motor, bahwa ada hak dan kewajiban di setiap pengguna jalan dalam mewujudkan lalu lintas yang humanis.
"Kita tahu bahwa semua pengguna jalan ingin aman, nyaman, dan selamat. Sudah selayaknya menempatkan diri sesuai porsi masing-masing. Lalu lintas jalan yang beradab. Manusia punya akal sehat dan nurani. Sepatutnya kedua hal itu diterapkan termasuk saat berlalu lintas jalan," kata Edo kepada Kompas.com, belum lama ini.
Edo mengatakan, dalam mewujudkan lalu lintas yang humanis, maka diperlukan sikap saling menghargai, berbagi ruas jalan, dan menaati aturan di jalan. Sebab menaati aturan yang ada merupakan salah satu simbol manusia beradab.
"Kita tak ingin merusak sisi kemanusiaan demi kepentingan pribadi. Apalagi merampas hak orang lain. Hak pejalan kaki berjalan di trotoar dan menyeberang di zebra cross. Begitu juga hak pesepeda motor dan pengendara mobil untuk melintas di jalan raya," katanya.
Edo mengatakan, sepatutnya tiap pengendara mempertebal rasa malu untuk merampas hak orang lain. Sebab macet merupakan risiko berkendara di kota yang padat penduduk. Setiap pengendara punya kontribusi atas kemacetan yang terjadi.
"Tampaknya memang butuh mempertebal rasa sabar. Mari meredam emosi agar tak menggelegak dengan cara berpikir posifif, memprioritaskan keselamatan, bertindak tenang, dan mendoakan hal-hal yang baik," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/06/21/072200315/pertebal-rasa-malu-bisa-wujudkan-lalu-lintas-humanis