JAKARTA, KOMPAS.com - Ojek online (ojol) menjadi fenomena hangat perdebatan antara solusi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Khalayak menganggap bahwa kehadiran ojol ini membuat praktis, karena untuk pergi ke suatu tempat menjadi lebih mudah.
Tetapi, menurut Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri, Brigjen Pol Chryshnanda Dwilaksana dilihat dari sudut keselamatan maka roda dua paling rentan dan tingkat fatalitas korban kecelakaanya juga cukup tinggi. Bahkan paling tinggi dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya.
Berbagai pembenaran digelorakan mulai dari kepentingan kehidupan sampai alternatif transportasi. Tatkala itu semua dilakukan maka lalu lintas bukan lagi sebagai urat nadi kehidupan.
"Jalan raya yang digunakan sebagai lalu lintas ini merupakan urat nadi kehidupan, karena suatu masyarakat dapat hidup tumbuh dan berkembang jika ada produktivitas," ujar Chryshnanda dalam siaran resmi, Selasa (25/12/2018).
Jenderal bintang satu itu menambahkan kalau produktivitas itu dihasilkan dari aktivitas yang dilakukan melalui atau dengan berlalu lintas. Sejalan dengan hal tersebut maka lalu lintas harus aman selamat tertib dan lancar, begitu juga dengan ojek online yang seharusnya mampu menciptakan budaya aman dan selamat.
"Lalu lintas untuk aman, selamat, tertib dan lancar tentu tidak bisa dibiarkan semau-maunya. Tidak lagi boleh yang kuat mendominasi atau memonopoli. Azas kebersamaan, azas persamaan hak, azas keterbukaan, azas keadilan hingga kemanusiaan tidak boleh diabaikan," kata dia.
"Pemenuhan kewajiban bagai ojol ini sebenarnya dapat dijadikan ikon peradaban kita untuk ikon era digital yang sadar. Bahwa lalu lintas sebagai urat nadi kehidupan. Dimana ojol mampu menjadi ikon pelopor road safety," ucap Chryshnanda.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/12/25/072200415/ojek-online-harus-jadi-pelopor-keselamatan-di-jalan-raya