JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang atau pengusaha mobil bekas (mobkas), seperti mobil88 mendapatkan untung dari pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang sempat menyentuh Rp 15.000-an, pada beberapa waktu lalu.
Kondisi itu, ternyata berdampak positif karena konsumen beralih membeli mobkas, ketimbang mobil baru yang secara harga sudah pasti mengalami kenaikan.
"Mobil baru itu masih banyak komponen yang impor, dan otomatis berpengaruh dengan nilai tukar. Efeknya, biaya produksi jadi naik, dan juga ke harga jual," ucap Halomoan Fischer Lumbantouran, Presiden Direktur mobil88 belum lama ini di Jakarta Selatan.
Mobil bekas dirilik konsumen, kata Ficher karena tidak mengalami kenaikan harga. Secara logika, sudah tidak ada hubungannya lagi dengan biaya produksi dan lain sebagainya, yang mendorong sampai naik harga.
"Mobilnya sudah dipakai bertahun-tahun oleh orang, sehingga tidak ada hubunganya dengan dollar AS dan lain sebagainya," kata Fischer.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, untuk 2018 ini pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Sebab, dari pengamatan dia tidak banyak juga agen pemegang merek (APM) yang mengerek harga jual mobil meski dollar AS terus merangkak naik.
"Hanya ada beberapa merek dan model saja yang naik, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu berdampak positif buat kami," ujar dia.
Selain mobil88, pemilik showroom mobil bekas di MGK Kemayoran, Teddy mengaku, ikut merasakan keuntungan dari menguatnya dollar AS. Menurut dia, banyak masyarakat yang menjadikan mobil bekas sebagai alternatif setelah harga mobil naik.
"Dari akhir Agustus sebenarnya dampak dollar AS sudah mulai terasa. Beberapa konsumen memang mengaku pikir dua kali untuk membeli mobil baru dengan harga yang terus naik," ucap Teddy saat dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/12/20/154542915/penjual-mobil-bekas-dapat-untung-dari-pelemahan-rupiah