JAKARTA, KOMPAS.com - Berkendara ketika terjadi bencana alam seperti gempa membutuhkan usaha besar agar tetap aman berada di jalan raya. Seperti pada peristiwa gempa di Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018), gambaran kepanikan melanda masyarakat di jalan-jalan yang di lalui.
Termasuk mengendarai sepeda motor saat terjadi gempa, perlu tindakan tepat agar tetap aman. Menurut instruktur senior Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana berkendara motor saat gempat cukup membahayakan.
"Berkendara motor saat gempa lebih berbahaya karena pergerakan tanah mengganggu keseimbangan pengendara motor. Itu sebabnya pengetahuan berkendara defensif penting saat seperti itu," ucap Sony saat dihubungi Sabtu (29/9/2018).
Sony mengungkapkan, misalkan kecepatan berkendara di jalan seperti jalan provinsi adalah 60 kilometer per jam dan dengan asumsi kecepatan aman dikurangi 10 kilometer per jam, motor akan sulit dikendalikan saat gempa. Selain itu dari sisi keseimbangan juga membahayakan pengendara motor.
Untuk itu Sony menyarankan, pengendara motor berhenti ketika terjadi gempa. Kemudian motor direbahkan di jalan dengan kondisi mesin mati.
"Itu lebih aman dibanding motor distandarkan. Rusak memang, tapi lebih aman daripada distandar satu kaki atau dua kaki," ucap Sony.
Motor juga dapat dijadikan pegangan saat gempa yang terhitung lebih baik ketimbang pohon atau tiang listrik, tentu dalam kondisi mesin mati. Ketika sudah berhenti gempanya baru pengendara mengarahkan pikiran mencari tempat yang aman.
"Jangan di bawah pohon, tiang listrik, jembatan atau gedung tinggi. Pokoknya cari yang aman. Kalau tinggal di sekitar pesisir waspada potensi tsunami, cari tempat yang lebih tinggi," ucap Sony.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/09/29/113300515/langkah-tepat-berkendara-sepeda-motor-saat-terjadi-gempa