Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mudik, Euforia, Mimpi Buruk, dan Kali Kenteng

Apalagi saat ini pengemudi dibuai oleh jalan bebas hambatan yang sudah membentang hingga Jawa Timur meski belum semuanya berfungsi.

Jika melihat kegaduhan arus mudik 2018 minggu lalu, jalan menanjak dan juga berdebu jadi tantangan para pengemudi. Terlebih bagi mereka yang masih minim jam terbang.

Salah satu yang bikin heboh dan viral adalah ketidakmampuan salah satu mobil saat menanjak di Kali Kenteng, Susukan, Jawa Tengah.

Kisah lain kini menanti dan tak kalah penting yaitu menghadapi turunan yang cukup curam.

Apalagi jika kondisi rem tidak berfungsi dengan baik, semua akan menjadi runyam bahkan bukan hanya mengancam keselamatan pribadi dan keluarga, pengguna jalan lain juga bisa kena imbasnya.

Patut diingat adalah ada gaya tarik gravitasi membuat mobil cenderung meluncur lebih cepat saat turunan. Jadi beban pengurang laju (rem) makin berat. Makin berat beban yang dibawa makin besar pula gaya tariknya.

Ketika hal yang tidak diinginkan terjadi, ada kalangan lantas menyalahkan mobil yang tidak punya performa mumpuni. Atau bahkan menyalahkan instansi terkait yang membuat jalan terlalu ekstrem sehingga tidak bisa dilalui semua jenis mobil.

Padahal tanpa disadari faktor penyebabnya adalah berasal dari pengemudi itu sendiri.

1. Pakai gigi rendah
Untuk matik jenis konvensional bisa diarahakan pada posisi L atau 2. Jika model sekuensial bisa Anda di posisi rendah layaknya manual, pada posisi 2 atau bahkan 1.

Saat gigi rendah suara mesin akan menggerung. Tak usah cemas rusak, karena memang begitu efeknya. Lantas apakah akan berkurang masa pakainya jika dipakai dengan durasi lama?

Tentu tidak. Saya pernah mencoba sendiri melakukan perjalanan sejauh 50-an km menggunakan gigi rendah, dan transmisi masih bekerja dengan baik. Efeknya bensin agak lebih boros dan suaranya keras hingga terasa kurang nyaman dan tidak bisa melaju cepat.

Teori ini bisa dipakai pada posisi menanjak dan menurun. Saat menanjak bisa berfungsi sebagai penghasil gaya dorong (torsi) yang baik. Sementara untuk menghadapi turunan berperan sebagai engine brake.

2. Maksimalkan rem parkir
Beberapa pengemudi kerap mengabaikan tuas rem parkir saat berkendara di kemacetan. Ada yang lebih suka setengah kopling atau membiarkan posisi persneling di D sementara kaki menginjak rem agar tidak melaju.

Tanpa disadari, saat setengah kopling, beban kopling cukup berat, apalagi saat menanjak. Tak heran saat macet di jalan menanjak sering terhirup bau sangit seperti hangus.

Bau tersebut akibat kampas kopling yang panas usai disiksa. Efeknya kopling jadi slip saat proses melepas daya dari mesin ke roda untuk menggerakkan mobil.

Alhasil mobil enggan bergerak dan Anda harus meluangkan waktu agar suhu kopling kembali normal. Kalau kondisinya parah, terpaksa mobil harus diderek ke bengkel untuk ganti kopling.

Begitu pula dengan model matik. Jika sering dibiarkan posisi D saat berhenti di jalan menanjak, transmisi akan panas dan juga slip.

Efek yang sama juga akan terjadi, plus bensin akan boros karena mesin terbebani untuk memberikan daya yang cukup guna melawan daya gravitasi yang besar.

Nah, peran rem parkir sangat dibutuhkan. Aktifkan rem parkir saat berhenti dan atur ritme antara gas dan kopling saat hendak kembali bergulir (transmisi otomatis).

Untuk matik pastikan tekanan pedal gas sudah sesuai untuk menjaga mobil tidak mundur saat rem parkir dibebastugaskan.

3. Bijak mengatur muatan
Setiap kendaraan memiliki beban atau bobot maksimum yang bisa diemban. Sama dengan manusia. Jika di luar kapasitas kemampuan maka akan ada efek yang timbul.

Alhasil mobil tidak kuat menanjak atau meluncur lebih liar saat turunan karena performa rem berkurang akibat kerja yang sangat berat. Perlu diingat, gaya gravitasi juga dipengaruhi oleh berat massa.

Untuk mengetahui bobot maksimal orang dan barang bisa Anda lihat di buku panduan (manual book). Jika terlanjur disimpan rapi di rumah, biasanya pabrikan menempel stiker keterangan pada dinding bagian dalam pintu depan kanan, tepatnya di bawah pilar B.

Jika barang bawaan overload, Anda bisa manfaatkan jasa pengiriman untuk mengurangi isi bagasi.

4. Kondisi fisik kendaraan
Tahapan ini tentunya kerap Anda dengar baik dari pabrikan mobil atau media. Tapi kondisi kendaran yang "sehat" punya peran besar memuluskan perjalanan Anda.

Pastikan penyedia daya (mesin) bekerja dengan baik. Servis dan penggunaan sarana penunjang (bensin dan pelumas) yang sesuai jadi kunci performa yang mumpuni.

Cek juga sistem pendinginan mesin karena kita tidak pernah tahu kondisi lalu lintas yang dihadapi. Karena saat macet, kerja sistem tersebut cukup berat akibat kurangnya terpaan angin yang membantu proses pendingan dibanding saat melaju.

Paling penting dan harus selalu diwaspadai adalah kerja pengurang laju yaitu rem. Jika ada komponen pada mesin atau kaki bermasalah dampak paling buruk adalh mobil tidak bisa dipakai.

Nah, kalau rem tidak berfungsi dengan baik dipastika bisa celaka. Bahkan nyawa Anda atau orang lain jadi taruhannya.

5. Stamina
Euforia saat mudik dan bertemu sanak famili bisa jadi suntikan penambah stamina. Namun saat balik, kondisinya berubah dan pengemudi mudah lelah dan emosi.

Saat keduanya menyatu maka dipastikan pemikiran rasional dan tingkat kewaspadaan serta konsentrasi berkurang atau bahkan hilang. Istirahat jadi kunci utama untuk tetap waspada dan meredam emosi.

Semoga bermanfaat dan bagi yang melakukan perjalanan, semoga selamat sampai tujuan tanpa ada gangguan. Mengemudi adalah pekerjaan yang tidak bisa disambi dan harus dijalani dengan konsentrasi serta kewaspadaan penuh. Sebab, nyawa taruhannya.

https://otomotif.kompas.com/read/2018/06/18/184000015/mudik-euforia-mimpi-buruk-dan-kali-kenteng

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke