Ada empat unit Xpander yang disiapkan, yakni tipe Sport dan Ultimate, dengan transmisi otomatis 4-percepatan. Perjalanan dimulai dari Cilandak Town Square dan berakhir di Hotel Batiqa, Lampung. KompasOtomotif mendapat kesempatan menjajal tipe Sport yang punya banderol Rp 237,15 juta, on the road Jakarta. Varian ini juga tercatat sebagai yang terlaris dipesan konsumen, selain Ultimate.
Terkesan Mewah
Sebelum duduk di balik kemudi Xpander Sport, terlihat nuansa mewah terasa dengan baluran kelir hitam di sekujur interior. Apalagi dengan console box di tengah jok depan, dengan lapisan plastik hitam mengkilat, membuatnya makin indah dipandang. Bagian yang perlu waktu untuk penyesuaian, adalah posisi rem tangan yang lebih tinggi ketimbang mobil setipe.
Tapi, soal material jangan disamakan dengan mobil mewah, karena harus tetap sadar kalau Xpander ini bergenre low multi purpose vehicle (LMPV), jadi disesuaikan budget tentunya. Sebelum memulai perjalanan, posisi duduk disesuaikan. Cukup ergonomis!
Lingkar kemudi sudah dilengkapi fitur tilt & telescopic, jadi bisa diatur maju-mundur dan naik turun, sesuai postur tubuh pengemudi. Pengaturan spion sudah elektrik, cukup tekan tombol, termasuk posisi menekuk, waktu parkir. Menghidupkan mesin juga tak perlu putar kunci, karena sudah keyless entry. Jadi, cukup tekan tombol start/stop di bagian kanan setir.
Ketika mobil mulai berjalan, nada peringatan terdengar. Ternyata, penumpang depan belum mengenakan seatbelt. Suasana di dalam kabin juga lumayan senyap, meskipun sistem audio yang dibekali relatif standar, lantunan musik yang diputar, dan noise dari luar ruangan cukup terjaga. Perjalanan bersama Xpander kali ini berlangsung ditemani oleh tiga rekan jurnalis lain.
Akselerasi di Tol
Menuju Pelabuhan Merak, sajian jalan pertama yang dihadapi adalah bebas hambatan. Suasana Minggu pagi yang cerah, mendukung kondisi jalan yang lumayan lengang.
Dimensi Xpander dengan panjang 4.475 mm, lebar 1.750 mm, tinggi 1.700 mm, dan sumbu roda 2.775 mm, terasa cukup lincah berakselerasi di tol. Paling terasa, berkat electric power steering (EPS), membuat setir terasa ringan saat bermanuver.
Mesin 4A91 1.5L, bertenaga 104 @6.000 rpm dan torsi 141 Nm @4.000 rpm, mampu mengimbangi kebutuhan selama berkendara. Catatannya, wajib menjaga pijakan kaki, mengatur momentum ketika mau jalan santai atau butuh akselerasi cepat.
Putaran mesin harus dijaga antara 2.000-3.000 rpm, kalau membutuhkan akselerasi instan. Muntahan torsi memang baru terasa sesuai spesifikasi, pada 4.000 rpm, disertai raungan mesin yang terdengar sampai dalam kabin.
Tuas transmisi di posisi D, sesekali overtaking harus dilakukan karena banyak truk besar di depan yang lambat. Dengan menekan tombol override di sisi kanan tuas, maka transmisi akan turun satu tingkat dari posisi sebelumnya, sehingga mesin meraung dan akselerasi lebih efektif dilakukan.
Melihat jalan yang kosong, kesempatan menginjak pedal gas lebih dalam juga dilakukan, sampai jarum speedometer, menyentuh 175 kpj. Deakselerasi kemudian langsung dilakukan, demi menjaga keselamatan perjalanan.
Nantikan lanjutan cerita perjalanan singkat bersama Mitsubishi Xpander, pada artikel berikutnya!
https://otomotif.kompas.com/read/2017/11/22/080200715/petualangan-singkat-jakarta-lampung-bersama-mitsubishi-xpander