Jakarta, KompasOtomotif – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyebutkan kalau tahun ini merupakan saat penting, untuk menentukan masa depan bisnisnya. Pasalnya dalam beberapa tahun ke depan, industri otomotif mulai bergerak cepat. Harapannya juga diketuknya regulasi low carbon emission vehicle (LCEV)
Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur TMMIN mengatakan, kalau goal yang akan dicapainya pada empat ampai lima tahun ke depan, adalah menghasilkan kendaraan dengan status fuel efficiency yang sesuai dengan perkembangan teknologi dunia.
“Rencana besarnya adalah fuel efficiency vehicle dalam waktu empat sampai lima tahun ke depan, untuk mobil-mobil hybrid dan listrik,” ujar Warih, Jumat (2/6/2017).
Namun, memang Warih mengakui akan tantangan yang dihadapi untuk menuju titik yang ditargetkan. Pertama, kata Warih, bagaimana menciptakan pada dan di mana produk mobil (hybrid dan listrik) bisa diterima.
“Saat ini banyal isu (hybrid dan listrik), dan mobil-mobil fuel efficient biasanya hi-tech, dan kalau sudah berteknologi tinggi harganya akan mahal. Kenyataannya konsumen inginnya tidak mahal-mahal sekali, jadi itu, create market-nya,” tutur Warih.
“Tantangan lainnya yaitu internal competitiveness, serta tak ketinggalan juga dari sisi regulasi atau kebijakan pemerintah yang juga punya peran penting. Pasalnya saat ini, masing-masing negara sudah menelurkan kebijakan, karena trennya dunia seperti itu. Kalau kebijakan Indonesia tidak bagus, daya saing kami tentu tidak bagus, dan kita hanya menjadi market saja, itu yang harus kita tanggulangi, supaya industri kita makin kuat,” tutur Warih.
Ujungnya Insentif
Berbicara pasar, terutama di Indonesia tentu saja memang ujungnya adalah harga jualnya. Jadi agar produk bisa dijamah masyarakat luas, salah satu kuncinya adalah insentif, agar produknya bisa terjangkau.
Baca juga : Honda Tergiur Insentif Mobil Listrik Thailand
“Iya itu yang paling penting (harga jual terjangkau) agar marketnya ada dan Indonesia pasti ada. Sekarang ini, Toyota Indonesia tahun lalu menjual sampai 380.000 unit, itu nomor empat di dunia. Kalau kita hilangkan China, Jepang dan Amerika, kami nomor satu di dunia. Sementara kalau di Asia tanpa China, kami nomor satu di sini, jadi marketnya ada, dan kami harus ikut mengisi market itu,” tutur Warih.
Diketuk Tahun Ini
Warih menambahkan, kalau dirinya juga sudah melakukan kunjungan ke Kementerian Perindustrian. Meski tidak secara detail menceritakan apa yang dibahas, tapi dirinya mengiayakan soal lobi-lobi regulasi.
"Iya itu juga salah satunya. Kita semua dukung Bapak Menteri untuk bisa cepat menetapkan aturan tersebut (soal LCEV)," ujar Warih. Indonesia jelas tertinggal dengan Thailand, di mana pada Maret 2017, mereka baru saja mengeluarkan insentif untuk mobil hibrida, plug-in hybrid, dan sepenuhnya listrik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.