Jakarta, KompasOtomotif – Kampung Melayu, lokasi yang akrab di telinga warga Jakarta, terlebih bagi yang suka naik transportasi umum. Kini lokasi yang menjadi saksi perubahan moda transportasi Ibu Kota itu kembali mencuat namanya akibat bom bunuh diri yang meledak Rabu, (24/5/2017) malam.
Buat sebagian orang lokasi ini mungkin tanpa info yang menarik. Tapi pasca-bom Kampung Melayu, jadi lebih diperhatikan.
Buat yang sering lewat, pastilah paham bahwa inilah salah satu titik sentral perpindahan trayek (terminal terpadu) berbagai angkutan publik, mulai dari metromini, mikrolet, sampai yang termuda hasil gagasan Pemprov DKI, yakni Transjkarta.
Kampung Melayu juga menjadi titik berkumpulnya kendaraan roda tiga yang biasa disebut bajaj, atau ojek (juga ojek online) untuk mengantarkan penumpang ”estafet” menuju titik pemberhentian akhir.
Lokasinya yang strategis sebagai penghubung Timur Jakarta dan kawasan-kawasan lain di Ibu Kota membuat terminal ini masih punya denyut nadi. Meski, kesibukannya kini tak lebih dari sekadar angkot atau mikrolet yang ngetem karena sepi penumpang.
Tergerus Zaman
Ya, zaman memang berubah. Kampung Melayu kini bisa dibilang layu, tak seperti dulu. Aktivitasnya lebih sepi, toh kalaupun ramai, cuma karena mikrolet dan metromini yang ngetem dan menyebabkan kemacetan panjang.
Tapi, jika Kampung Melayu bisa bicara dan ditanya, mungkin dia akan menceritakan banyak pengalaman. Sejak zaman kolonial, tempat ini sudah dimanfaatkan sebagai pemberhentian bus-bus dari berbagai wilayah di Pulau Jawa, meski belum disebut terminal.
Keduanya akrab mondar-mandir di kawasan Kampung Melayu, dan menjadi moda transportasi andalan saat itu. Mobil yg digunakan sebagai oplet adalah sedan Morris atau Austrin produksi Inggris. Karena itulah, orang Jakarta kerap menyebut oplet dengan ”Ostin”.
Setelah berdiri terminal Kampung Melayu, keberadaan oplet lebih mendapat tempat. Trayek-trayek lain juga ada di beberapa wilayah Jakarta mulai mendatangi tempat ini. Kampung Melayu pun masih setia menjadi saksi perubahan, hingga akhrinya zaman berganti lagi.
Pada era 1970-an, mikrolet makin sering lewat Kampung Melayu, begitu juga dengan mulai trennya bus medium macam Kopaja, Metromini, bahkan Koantas Bima, juga bus-bus besar. Terminal ini beralih melayani angkutan umum yang makin modern.
Era Baru
Masa-masa itu berjalan cukup lama, sampai masuk era milenial ketika Jakarta mulai punya moda transportasi baru, yakni Transjakarta. Kopaja, mikrolet, dan metromini pun mulai tergusur. Kampung Melayu kini lebih banyak melayani perpindahan trayek bus-bus Transjakarta dari berbagai koridor.
Ketika bom bunuh diri menghancurkan beberapa bagian terminal, Kampung Melayu mungkin bakal kembali bangkit. Tempat ini memang kerap bikin macet, tapi jangan lupa, lokasi strategis yang menjadikannya titik sentral perjalanan itu bakal diperhitungkan, minimal sebagai terminal bayangan.
Statusnya sebagai saksi bisu sejarah perkembangan moda transportasi publik di Jakarta bakal bertahan, mungkin sampai era LRT dan MRT, yang bisa saja lewat kawasan ini dan menjadikan Kampung Melayu tetap melihat dan kembali bersaksi, ada moda transportasi baru untuk melayani warga Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.