Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda Tanya Besar pada Kualitas Pengendara Transportasi

Kompas.com - 25/04/2017, 08:17 WIB
Stanly Ravel

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif- Kecelakaan bus di jalur Puncak, Jawa Barat saat libur panjang akhir pekan kemarin, Sabtu (22/4/2017), menjadi pelajaran berharga pentingnya keselamatan di jalan raya bagi siapapun. Kejadian itu pun menggundang perhatian banyak kalangan yang mempertanyakan kalaikan dari transportasi umum.

Baca : Kecelakaan di Megamendung Puncak Diduga Bus Alami Rem Blong

Namun Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC) Jusri Pulubuhu, justru memiliki pandangan berbeda. Menurut Jusri, faktor kecelakaan cukup banyak variabelnya, sayangnya kebanyakan hanya "mengkambinghitamkan" sisi teknis yang menyangkut soal perawatan bus tanpa memikirkan kondisi lainnya.

"Harus diakui selama bertahun-tahun alasan utamanya seputar masalah rem blong, perawatan, dan hal teknis lainnya. Kondisi tersebut tidak salah, tapi ada baiknya juga dipikirkan unsur kalaikan berkendara dari pengemudinya, jadi faktor orangnya juga harus diperhatikan," ucap Jusri kepada KompasOtomotif, Senin (25/4/2017).

Baca : Masalah Besar Sertifikasi Sopir Transportasi Umum

Menurut Jusri selain masalah teknis, peran pengemudi yang mengendarakan kendaraan juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Kebanyakan sopir angkutan umum, khususnya jenis kendaraan besar seperti bus atau travel tidak dibekali dengan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kompetensinya sebagai driver.

"Mungkin ada beberapa driver yang memiliki pegetahuan atau kemampuan berkendara yang baik, namun harus diakui itu tidak semua. Kebanyakan hanya mengandalkan bisa mengendarai dan punya surat izin mengemudi (SIM) saja, tanpa ada bekal-bekal terkait safety driving atau yang sifatnya emergency respon," papar Jusri.

Baca : Apa Betul Rem Blong Jadi "Penyakit Kronis" Bus ?

Selain perawatan, lanjut Jusri, harusnya para pihak terkait di bidang transportasi sudah memikirkan masalah regulasi untuk pengemudi angkutan umum. Hal ini sangat penting untuk dilakukan mengingat namanya angkutan umum sudah pasti membawa banyak orang.

"Kalau berkaca dari negara tetangga atau di Eropa, setiap pengemudi angkutan berat seperti bus transportasi umum, truk alat berat pasti sudah melewati tahapan uji kompetensi baru bisa memiliki SIM. Pengendara juga sudah dididik mengenai safety driving, seperti pengetahuan mengenai cara berkendara, prosedur atau teknik pengereman yang benar," kata Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau