Jakarta, KompasOtomotif – Sempat melandai di 2016, ekspor Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) meroket di kuartal pertama 2017 (Januari-Maret). Kenaikannya dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai 42 persen.
Pertumbuhan ekspor dalam bentuk completely built up (CBU) tersebut sebanyak 49.300 unit, di mana Januari-Maret 2016 hanya sebesar 34.700 unit. Meski cukup signifikan kenaikannya pada tiga bulan ini, tapi optimisme ekspor TMMIN sampai akhir tahun 2017 hanya sampai 10 persen saja.
“Hasil positif ini karena dukungan rantai bisnis kami, termasuk perusahaan pemasok, dan juga dukungan pemerintah yang memberikan fasilitas dan kemudahan, sehingga ekspor menjadi semakin kompetitif. Kami berharap bisa mencapai target pertumbuhan ekspor seperti tahun-tahun sebelumnya,” ujar Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono dalam siaran resminya, Selasa (2/5/2017).
Model Toyota Fortuner mengalami lonjakan terbesar sampai 191 persenan atau menjadi 16.600 unit, dengan pasar terbesar adalah negara di kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Sementara Innova membukukan kenaikan 84,2 persen 3.500 unit.
Lalu ekspor Toyota Vios relatif stabil yaitu di angka 7.900 unit, serta Sienta yang hanya menyumbang sebesar 2.200 unit. Sedangkan untuk ekspor CBU Toyota model lain seperti Avanza, Lite Ace, dan Agya mencapai total 19.100 unit.
Selain CBU, TMMIN juga melakukan ekspor completely knocked down (CKD), di mana tercatat ada 12.300 unit, dan ekspor komponen di kisaran 24 juta unit. Kemudian ekspor untuk mesin bensin tipe TR 8.800 unit, dan mesin Ethanol tipe TR sebesar 1.200 unit. Ekspor mesin bensin tipe NR mencapai 20.300 unit dan mesin Ethanol tipe NR mencapai 1.000 unit.
SDM Berkualitas
Warih menambahkan, untuk memacu pertumbuhan ekspor, pihaknya bakal menjaga kualitas produk dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM), baik di kalangan internal maupun pemasok, mulai dari tier 1 sampai tier 3, yang kini berjumlah sekitar 300 perusahaan.
Selain melakukan transfer teknologi lewat beragam pelatihan, TMMIN gelar kompetisi sesama perusahaan pemasok melalui Manufacturing Skill Interchange Festival (MASIF) yang diselenggarakan untuk pertama kali pada 21 Februari 2017 lalu di Karawang.
“SDM yang memiliki keahlian dan keterampilan tinggi, jadi kunci mendorong daya saing perusahaan dan industri pada umumnya. Kedepannya, kami berharap MASIF dapat berkembang dan memiliki efek domino ke semua pemasok lokal sehingga memberikan nilai tambah pada industri otomotif, sebagai bekal kompetisi global yang semakin ketat,” tutup Warih.