Sebenarnya, Mazda bukan tanpa pilihan di segmen pikap atau kendaraan komersial. Merek asal Jepang itu punya satu model, yaitu BT-50, yang juga diimpor utuh (completely built up/CBU) dari Thailand. Pikap yang dikembangkan bersama Ford Ranger ini, terkesan sengaja "di-anak tirikan".
Menanggapi hal itu, Astrid Ariani Wijana, Senior Marketing Manager PT MMI, menjelaskan, sejak dari awal hadir di Indonesia, Mazda memang sudah diposisikan fokus bermain di kendaraan penumpang. Apalagi, setelah Mazda2 hadir pada 2009, fokusnya di mobil penumpang semakin tajam.
“Kami punya kendaraan pikap yang menurut kami bisa hadir di kendaraan komersial, tapi tidak memfokuskan bisnis kami di kendaraan komersial. Karena, kami yakin masa depan industri otomotif Indonesia di segmen kendaraan penumpang,” ujar Astrid saat berbincang dengan KompasOtomotif di acara media gathering, Rabu (10/2/2016).
Bermain di kendaraan penumpang, menurut Astrid lebih aman, ketimbang komersial. Sebab, mobil penumpang lebih stabil dengan kondisi perekonomian, tidak seperti di segmen komersial. “Pengaruh terhadap ekonominya cukup besar,” kata Astrid.
Mengacu pada data penjualan ritel yang dirilis Mazda, total penjualan BT-50 tahun lalu ambles 89,6 persenm tersisa tinggal 13 unit jika dibandingkan 2014 sebanyak 126 unit. Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan BT-50 tahun lalu secara wholesales juga hanya 13 unit.
Sepanjang 2015, Mazda hanya menjual BT-50 selama tiga bulan saja. Pertama di Januari terjual dua unit, Maret 5 unit dan terakhir April enam unit. Sisanya pikap tersebut tidak ada yang membeli.
Segmen pikap tahun lalu, penjualan secara keseluruhan mencapai 198.115 unit. Pemain utamanya dipegang Ford Ranger dengan 1.315 unit dan Mitsubishi Triton 7.619 unit.