Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Otonom Disebut Bisa Kurangi Kemacetan

Kompas.com - 02/05/2024, 10:42 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - DKI Jakarta dinobatkan sebagai kota nomor 30 termacet di dunia pada tahun 2023 dengan waktu perjalanan rata-rata 23 menit 20 detik setiap 10 kilometer.

Data tersebut merupakan hasil riset perusahaan teknologi geolokasi, Tom Tom yang melakukan survei ke-387 kota di dunia dari 55 negara dan 6 benua. Penarikan data melalui survei navigasi dalam mobil dan smartphone.

Sehingga dalam satu tahun pengendara menghabiskan 225 jam, di mana 117 jam dihabiskan dalam kemacetan, atau setara dengan 4 hari 21 jam.

Baca juga: Meski Baterai Lebih Kecil, Neta V-II Punya Jarak Tempuh yang Sama

ILUSTRASI: KemacetanShutterstock/Catwalk Photos ILUSTRASI: Kemacetan

"Kemacetan disebabkan bukan karena kurangnya jalanan, bukan karena jalan tol. Tapi kendaraan tidak jalan bersamaan," kata Presiden Direktur Prestige Image Motorcars, Rudy Salim di JIEXpo Kemayoran, Jakarta, Selasa (30/4/2024).

"Dengan kondisi itu, Jakarta mustahil menjadi terminate city karena dalam 10 km itu perlu 25 menit," lanjut dia.

Rudy berpendapat, untuk menyelesaikan kemacetan dibutuhkan kendaraan otonom dan sistem transportasi pintar.

Melalui kendaraan otonom, maka kendaraan khususnya mobil bisa bergerak secara bersamaan. Sehingga tak ada lane hogger atau mobil-mobil yang berjalan dengan kecepatan tidak seimbang.

Kondisi ini bisa diciptakan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang memang segala sistemnya baru dibangun.

Baca juga: Riset TomTom: Jakarta Kota Termacet Nomor 30 di Dunia

Ilustrasi kemacetan jalanan Jakarta.KOMPAS/PRIYOMBODO Ilustrasi kemacetan jalanan Jakarta.

"Selama mobil masih dikendarai manusia, tidak bisa jalan bersamaan, setengah detik ngerem itu bisa membuat mobil di belakang semakin tertunda. Lalu semakin banyak intersection, otomatis juga akan semakin macet," kata Rudy.

"Bagaimana jika tidak ada yang berhenti mendadak, perlambatan. Artinya harus autonomous atau tanpa pengemudi manusia. Maka mobil jenis itu dipercaya jadi kendaraan masa depan," tambahnya.

Selain itu, kendaraan terbang juga bisa jadi solusi. Sehingga pihak Prestige juga akan melakukan uji coba terbang EHang, autonomous aerial vehicle (AAV) atau taksi terbang merek China yang sudah kerap dikenalkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com