Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitsubishi Sebut Mobil Listrik Tak Akan Menggerus Bisnis Spare Part

Kompas.com - 18/11/2019, 19:32 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comMitsubishi telah memulai penjualan mobil elektrifikasi lewat Outlander PHEV sejak Juli 2019. Pada November ini rencananya model tersebut akan diantar kepada para pemiliknya.

Artinya, mobil seharga Rp 1,289 miliar ini akan segera kelihatan di jalanan. Sebab selain melakukan isi ulang daya di rumah, pemilik Outlander PHEV juga bisa menggunakan fasilitas pengecasan yang tersebar di dealer Mitsubishi di kawasan Jakarta dan Bali.

“Charging station sudah ada 12 titik yang dipasang di Jakarta, dan 2 titik di Bali. Nanti akan ada lagi menyusul yang kerja sama dengan SPBU Pertamina dan PLN,” ujar Setia Hariadi, Head of 3S Network Development PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (18/11/2019).

Baca juga: Ini Detail Mitsubishi Xpander Cross Termurah [VIDEO]

Mitsubishi Outlander PHEV di Acara Jakarta Langit BiruKOMPAS.com / Aditya Maulana Mitsubishi Outlander PHEV di Acara Jakarta Langit Biru

Penetrasi mobil elektrifikasi saat ini memang masih kecil, namun diharapkan akan semakin bertambah dengan semakin menjamurnya fasilitas pengecasan baterai.

Sementara itu, Mitsubishi juga tak khawatir apabila perkembangan bisnis mobil elektrifikasi dapat menggerus bisnis mobil konvensional. Sebab perkembangan mobil listrik atau hybrid dinilai belum akan menggantikan mobil dengan mesin bakar internal.

Seperti diketahui, ada anggapan bahwa dengan meluncurnya mobil listrik yang menggunakan komponen lebih sedikit ketimbang mobil dengan mesin bakar internal, akan mematikan bisnis spare part mobil yang sudah berkembang di Indonesia.

Baca juga: Target Mitsubishi Xpander Cross Dipatok 1.500 Unit

Jeroan Mitsubishi Outlander PHEV di GIIAS 2019.KOMPAS.com/Agung Kurniawan Jeroan Mitsubishi Outlander PHEV di GIIAS 2019.

“Bisnis aftersales masih akan bertahan, karena listrik full itu masih lama. Belum akan gulung tikar,” kata Setia.

Ia mencontohkan, perkembangan mobil listrik di Cina yang menjadi pasar terbesar di dunia tak serta merta membuat mobil konvensional ditinggalkan.

“Industri jaringan 3S tidak mungkin langsung pindah semua, padahal di sana baterainya sudah sedemikian maju. Negara kita sudah memproduksi banyak spare part dari berbagai merek, kalau tiba-tiba enggak butuh itu enggak mungkin juga,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau