TANGERANG, KOMPAS.com – Pengembangan kendaraan listrik di Indonesia roda dua dan empat, masuk dalam nota kesepahaman yang diteken Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, pada April 2018 lalu, bersama pemerintah China.
Kabarnya kemudian, dari informasi yang disebutkan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto, Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, disasar untuk menjadi basis produksi baterai oleh perusahaan China, yang berkolaborasi dengan Perancis.
“Katanya perusahaan China bekerjasama dengan Perancis. Namun sampai saat ini, saya belum dapat profile-nya, baru informasi yang saya peroleh seperti itu,” kata Harjanto, Kamis (9/8/2018).
Harjanto menambahkan, total investasi yang bakal digelontorkan mencapai Rp 144 triliun. Namun dirinya belum memastikan hal tersebut.
Baca juga: Wuling Belum Komersialisasi Teknlogi Mobil Listrik
Wilayah Halmahera sendiri disebut-sebut memiliki sumber bahan baku untuk pembuatan komponen baterai, seperti nikel murni. Dengan ketersediaan dua sumber bahan baku tersebut, diyakini memang teknologi baterai untuk mobil listrik dapat dikuasai terlebih dahulu.
Pemerintah Joko Widodo sedang memang menggarap Perpres Program Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Untuk Transportasi Jalan, diikuti dengan program low carbon emission vehicle (LCEV) dari Kementerian Perindustrian.
Namun, sampai saat ini kedua paket regulasi tersebut belum juga keluar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.