KOMPAS.com — Hari itu Senin (14/5/2018), Zulmi Aristiawan memacu dengan cepat sepeda motor trail berkubikasi 250 cc menuju handicap atau rintangan bernama 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX.
Setelah melewati tantangan itu, Zulmi bersama tunggangannya pun jumping atau loncat ke udara. Dia kemudian memiringkan si kuda besi ke arah kiri dan melepasnya sehingga jatuh bersama di atas matras berukuran besar.
Bukan perkara mudah bagi kroser—penunggang motokros atau motocross—yang masih berusia 18 tahun ini untuk melakukan atraksi tersebut. Terlebih lagi, handicap 5 meter Quarter Pipe Ramp FMX yang dilaluinya itu baru kali pertama dilakukan di Indonesia dan Asia Tenggara.
"Awalnya saya agak kesulitan menaklukkan tantangan tersebut, tetapi setelah mencoba beberapa kali, alhamdulillah, saya bisa melaluinya dengan semangat," ucap Zulmi di Sirkuit Paramount, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, Selasa (15/5/2018), kepada para jurnalis.
Kroser asal Sidoarjo, Jawa Timur, ini kemudian membeberkan trik sehingga dia bisa melalui rintangan tersebut. Jadi, saat motor melayang di udara, dirinya melemaskan dan memajukan badan ke depan sambil menginjak rem belakang.
Dengan begitu, kata Zulmi, motor yang tadinya mendongak ke atas usai melewati handicap, seketika, bisa menukik ke bawah sehingga jatuh mulus ke matras.
Lima meter Quarter Pipe Ramp FMX sendiri adalah rintangan berwujud trek seperti jaring-jaring besi yang menanjak setinggi 5 meter.
Tak cuma tantangan tersebut, rider yang tahun lalu menjadi runner up dalam kejuaraan nasional (kerjurnas) motokros kelas MX2 Novice ini menaklukkan pula handicap 35 meter Long Table Top.
Meskipun tantangan itu sudah biasa dilakukan dalam extreme sport seperti freestyle motocross, tetapi ketinggian rintangan yang lebih dari 4 meter dan panjang 35 meter membuat handicap tersebut jadi yang pertama dilakukan di Tanah Air.
Contohnya seperti menjepit motor dengan menggunakan kaki, dan melebarkan posisi tangan saat memegang kemudi.
"Hasilnya, saya bisa melompati handicap Long Table Top ini dengan selamat, dan setelah lima kali melakukan saya baru bisa mendapatkan feel yang baik," ucap Zulmi.
Zulmi pun tak sendirian dalam melakukan kedua atraksi tersebut. Dia bersama Agha Riansyah Putranto (26). Agha yang berasal dari Pasuruan, Jawa Timur, malah sudah lebih dahulu menekuni bidang freesytle.
Mereka mencoba tantangan tersebut dalam rangka pembuatan iklan atau TVC 76 Rider. Adapun Zulmi dan Agha juga berasal dari 76 Rider.
76 Rider sendiri adalah komunitas untuk rider-rider terbaik di Indonesia yang bukan hanya bernyali, melainkan juga punya prestasi di bidang masing-masing atau dikenal dengan #76ridernyaliajanggacukup.
Berawal dari main-main
Pebalap bertinggi 180 cm ini mengaku kalau ketertarikannya terhadap dunia tersebut berawal dari coba-coba freestyle biasa yang kemudian menjadi serius setelah diajak Agha ke tempat latihannya.
(BACA JUGA: "Freestyle Motocross", Olahraga Ekstrem yang Bukan Cuma Butuh Nyali)
Kini, meski baru dalam satu tahun terakhir menekuni freestyle motocross, remaja ini sudah bisa menguasai tiga gaya lain selain menaklukkan quarter pipe.
Pertama adalah whip atau memiringkan motor ke samping sewaktu jumping. Kedua, heel clicker, yaitu mengangat kedua kaki ke depan dengan kedua tangan berpegang pada setang motor sebagai tumpuan sewaktu lompat.
Terakhir, kiss of death. Gaya ini dilakukan dengan mengangkat badan dan kedua kaki ke atas, sementara kedua tangan memegang setang atau kemudi sebagai tumpuan ketika motor jumping.
Selain aktif dalam bidang freestyle motocross, dan juga aktif mengikuti kejurnas motokros, Zulmi pun ikut kejuaraan Trial Game 2018.
Event tersebut merupakan kejuaraan balap berbasis motor trail atau motokros. Ada dua kategori balap pada kejuaraan tersebut.
Pertama Trial Game Dirt (TGD) dengan trek balap tanah, dan kedua Trial Game Asphalt (TGA) yang menggunakan kombinasi trek tanah dan aspal. Zulmi sendiri mengikuti TGD.
Kisah Zulmi Aristiawan di atas pun membuktikan bahwa usia bukanlah masalah bagi seseorang yang ingin menekuni bidang freestyle motocross. Asal ada kemauan, tekad, dan kerja keras, maka jalan untuk bisa seperti Zulmi bukanlah keniscayaan.