Jakarta, KOMPAS.com - Ketergantungan akan plastik di Indonesia dinilai masih tinggi. Namun tingginya ketergantungan itu belum disertai dengan kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap kelestarian alam.
Plastik sering digunakan untuk sekali pakai, setelah itu dibuang begitu saja. Padahal dari hasil penelitian, dibutuhkan waktu hingga 500 tahun agar plastik bisa hancur dan terurai di alam.
Kondisi itu tidak hanya terjadi dalam kehiduan sehari-hari di permukiman, tapi bahkan di gunung-gunung yang jadi tempat pendakian.
Hal itulah yang diakui pernah dilihat oleh Dimas Bagus Widjanarko, seorang aktivis lingkungan yang sering mendaki gunung.
Baca juga: Ribuan Sampah plastik Ada di Titik Terdalam Lautan, Ini Artinya
Dari 2013 hingga 2014, Dimas dan rekan-rekannya sering menemukan banyaknya sampah plastik di jalur pendakian. Mereka pun tergugah bagaimana caranya agar sampah plastik ini bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna.
"Ada salah satu teman yang mengatakan plastik ternyata mengandung minyak," kata Dimas saat ditemui Kompas.com di Gudang Sarinah Ekosistem, Pancoran, Jakarta, Sabtu (19/5/2018).
Sejak 2014, Dimas dan rekan-rekannya yang tergabung di Gerakan Tarik Plastik (Get Plastic) mulai mengembangkan alat khusus yang bisa mengolah sampah plastik menjadi minyak.
Baca juga: Kaka dan Ridho Slank Bawa Tempat Minum demi Kurangi Sampah Plastik
Dimas menyebut alat yang mereka buat ini dapat mengolah maksimal 10 kilogram sampah plastik menjadi 10 liter minyak mentah. Caranya dengan memanaskan sampah plastik hingga suhu 400 derajat.
Setelah mencapai suhu tersebut, Dimas menyebut sampah plastik akan berubah menjadi gas. Gas itulah yang kemudian dipecah menjadi minyak mentah.
Komposisi minyak mentah ini, kata Dimas, terdiri atas 60 persen solar, 30 persen bensin, dan sisanya minyak tanah. Melalui proses destilasi, minyak mentah tadi dapat dikonversi menjadi 3 liter bensin dengan kadar oktan RON 82.
Meski di bawah kadar oktan premium yang dijual Pertamina (RON 88), Dimas menyebut bahan bakar tersebut sudah diuji dan berhasil diterapkan ke sepeda motor Vespa Super tahun 1977 miliknya.
Baca juga: Pakai Vespa Ber-BBM Sampah Plastik, Pria Ini Siap Jelajahi Jawa-Bali
Tidak cuma sekedar digunakan jarak dekat, Get Plastic juga ingin membuktikan ketangguhan bahan bakar tersebut jika digunakan jarak jauh.
Misi itulah yang melatarbelakangi Dimas untuk touring Jakarta-Bali dari 19 Mei hingga 30 Juni, sekaligus mengkampanyekan gerakan #pedulisampahplastik.
Selama perjalanan, Dimas akan singgah di 15 kota untuk mengadakan workshop seputar pengolahan sampah plastik. Dimas berharap kampanye #pedulisampahplastik bisa menggerakan masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungannya, terutama terkait sampah plastik.
Baca juga: Bye Bye Plastic, Kisah 2 Gadis Muda Mewujudkan Bali Bebas Sampah Plastik
"Kita punya masalah dengan sampah palstik dan tidak tahu cara penangaanannya. Kita coba menghasilkan suatu solusi bagaimana cara penanganannya. Kalau nanti bisa dipakai masyarakat luas ya kami sangat bersyukur," ucap Dimas.
Sampai sejauh ini, alat yang dikembangkan Dimas dan rekan-rekanya di Get Plastic baru bisa mengolah plastik berbentuk kantong, baik kantong kresek maupun makanan.
Sebab plastik jenis itulah yang jadi masalah besar. Karena sering dilupakan dan tak diolah dengan baik. Berbeda dengan plastik botol yang kerap jadi buruan pemulung karena punya nilai ekonomis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.