Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tukang Ojek Pengawal Ambulans, Kerap Dimaki Pengendara Lain

Kompas.com - 12/10/2017, 14:44 WIB
Setyo Adi Nugroho

Penulis

Jakarta, Kompas Otomotif - Ramai soal rotator dan sirene yang disalah gunakan membuat masyarakat membenci aksesori ini. Namun ternyata tidak semua pengguna jalan raya memahami apa fungsi rotator dan sirene ini pada kendaraan yang memang memiliki hak untuk diutamakan.

Salah satunya kasus ambulans di Medan, Sumatera Utara beberapa waktu lalu. Miris melihat perlakuan pengendara dan pengguna di jalan raya terhadap ambulans membuat beberapa biker bersimpati untuk menolong.

Ternyata pengendara motor ini tergabung dalam sebuah gerakan sosial dengan nama Indonesia Escorting Ambulance. Salah satu anggotanya, Steven Willy Andry yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara, mengaku dirinya ikut pengawalan ambulans ini karena tergerak hatinya melihat perlakuan terhadap ambulans di jalan raya.

Steven bersama dua rekannya, Muhammad Ridho dan Ahmad Lubis, berkeliling kota Medan setiap hari untuk mengawal ambulans yang tengah bekerja menyelamatkan pasien. Ini dilakukan dengan suka rela.

Baca : Ambulans Tak Diberi Jalan, Pasien Kehilangan Nyawa

"Di Medan baru tiga orang, saya sendiri baru bergabung tiga bulan lalu. Kami menggunakan motor pribadi untuk mengawal ambulans supaya lebih cepat tiba di rumah sakit yang dituju," ucap Steven saat dihubungi KompasOtomotif beberapa waktu lalu.

Steven menceritakan, ambulans kerap kali dihalangi pekerjaannya oleh pengguna jalan lain. Meski sirene dan rotator sudah dinyalakan untuk menandakan situasi genting, diperjalanan bus, motor, mobil pribadi dan angkot kerap jadi musuh utama perjalanan mereka.

Tidak sedikit Steven dan rekan-rekannya dimaki-maki pengendara lain meski mereka telah meminta dengan sopan. Meski sudah menyingkir karena tahu ada ambulans pengguna jalan tidak sedikit yang tetap memasang tampang marah.

"Paling sering mobil pribadi yang keras kepala. Namanya juga di Medan, orang bicara keras, harus dilawan lebih keras lagi. Baru pengendara itu menyingkir," ucap Steven.

Baca : Mengapa Pengguna Jalan Harus Dahulukan Ambulans

Steven yang bekerja sebagai pengemudi ojek online ini mengaku, kegiatan mengawal ambulans dilakukannya di sela-sela waktu kerja. Waktunya pun tidak tetap, kadang dari pagi sampai larut malam.

Saat pertama kali Steven mengikuti keinginannya untuk mengawal ambulan ini, banyak yang menganggapnya gila. Ini karena untuk melakukan kegiatan pengawalan, Steven dan rekan-rekan tidak meminta biaya apapun, padahal jarak tempuh pengawalan terkadang cukup jauh.

"Saya serahkan rezeki sama yang di atas. Banyak memang yang memaksa memberikan ucapan terima kasih dalam bentuk uang, tapi kami tolak. Setelah itu permintaan ojek datang tidak putus-putus. Orang-orang yang dulunya mempertanyakan kegiatan kami lama-kelamaan memahami. Mungkin karena sadar suatu saat bisa jadi kita  naik mobil ambulans juga dalam keadaan sakit atau duka," ucap Steven.

Komunitas pengawal ambulans ini sendiri sudah tersebar di beberapa kota seperti Jakarta dan sekitarnya, Manado, Semarang, Yogyakarta, Sidoarjo, Banyuwangi, Malang, Bandung, Surabaya, dan Solo. Semuanya tergerak untuk mengkampanyekan perilaku berkendara mendahulukan ambulans yang tengah menolong orang sakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau