KOMPAS.com - Mencari tahu sisi lain Indonesia dan menceritakannya kepada khalayak ibarat membawakan satu informasi baru bagi mereka yang belum pernah menjajakinya.
Eksplorasi dan cerita tersebut disuguhkan oleh Daihatsu dalam Terios 7-Wonders menggunakan SUV berspesifikasi standar bawaan pabrik saat memijak tanah Maluku dengan tajuk "Wonderful Moluccas".
Mobil-mobil mereka sudah menempuh perjalanan sejauh 705 kilometer, yang diawali dengan memberikan bantuan perlengkapan sekolah kepada 110 siswa di Ternate, Jumat (14/7/2017).
Dari tanah yang menjadi rumah Gunung Gamalama itu, tim lalu menyeberang ke Sofifi di Pulau Halmahera, dan berlanjut menyeberang ke Pulau Morotai.
Gunung Gamalama yang beberapa kali diberitakan karena masih aktif rupanya tidak hanya menyuguhkan kewaspadaan, tetapi juga cerita sejarah lewat permadani hitam bernama Batu Angus, sebuah hamparan sisa lava yang menghitam.
Tak jauh dari Gamalama, tim turut mendatangi perkebunan cengkeh Indonesia yang pada 400 tahun lalu menjadi perebutan negara Eropa. Kebun itu pun ternyata masih menghasilkan hingga kini, dengan sebuah pohon tua ratusan tahun dan petani cengkeh yang turun-temurun sejak empat ratus tahun pula.
Baca: Cerita Pohon Cengkeh 400 Tahun dan "Permadani" Hitam di Ternate
Usai eksplorasi laut dan gunung, Maluku masih punya sungai yang mengalir ke sebuah gua bernama Boki Moruru. Perjalanan selama 4-6 jam dari Sofifi atau setara 160 kilometer pada hari ketiga, Minggu (16/7/2017), itu membawa tim pada sungai bening dengan cerita seorang putri yang hanyut, lantas memasuki gua dengan stalagmit berbentuk makhluk-makhluk hidup.
Suku asli
Infrastruktur yang masih belum sepenuhnya dibangun jelas menjadi "makanan" bagi Terios yang bahkan harus unjuk diri di medan mobil-mobil 4x4.
Itulah yang dialami tim pada hari keempat, Senin (17/7/2017), ke Taman Nasional Aketajawe Lolobata di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, untuk melihat burung asli Halmahera, salah satunya burung bidadari, yang menggoda lawan jenisnya hanya saat pagi hari.
Keberadaan mereka pun jadi perhatian pihak Taman Nasional Aketajawe Lolobata yang kemudian menyediakan Etnoschool di sekitar taman nasional sejak tahun 2016 lalu, dan ditujukan untuk memenuhi hak pendidikan bagi anak-anak suku tersebut dengan cara yang sesuai karena kebanyakan enggan bersekolah.
Di sini pula tim Terios 7-Wonders turut menyerahkan bantuan dan menanam pohon mangga yang diberi nama "Terios".
Rumah filosofis dan sisa perang
Maluku juga menjadi tempat bagi barang-barang peninggalan Perang Dunia II, ketika Jepang dan Amerika berada di wilayah Wasile dan Morotai. Di Wasile, bungker dan meriam tua masih bisa dilihat walaupun kondisinya rusak, seperti didapati tim dalam perjalanan hari kelima, Selasa (18/7/2017).
Di wilayah ini, masih banyak sisa perang yang tertimbun di tanah sehingga museum dibangun, termasuk oleh warga, seperti yang disambangi oleh tim pada hari keenam, Rabu (19/7/2017).
Di luar peninggalan perang yang terdapat di dua tempat terpisah tersebut, Maluku punya sebuah rumah banjar bernama Rumah Adat Sasadu di Desa Gamtala, Jailolo, yang masih terpelihara secara turun-temurun dengan mengutamakan nilai keberagaman dan kesetaraan gender. Rumah tanpa paku itu karenanya cukup filosifis, terutama dalam hal saling menghargai.
Diakhiri dengan menikmati beningnya air pantai Dodola pada Jumat (21/7/2017), tim pada hari penutupan Kamis lalu pun kembali memberikan bantuan dana pendidikan bagi 110 siswa yang dengannya menggunakan angka simbolisasi bagi usia Daihatsu di tahun ini, yakni 110 tahun.
Baca: Terios 7-Wonders