Menanggapi hal ini, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengaku bahwa ia sedang menyiapkan jawaban dengan mengumpulkan data terkait. "Saya minta waktu satu minggu mulai kemarin, jadi minggu depan akan saya jelaskan semuanya setelah surat dari Menteri Keuangan saya jawab," ujar Menteri Perindustrian RI MS Hidayat di Karawang, Rabu (26/3/2014).
Menperin juga menampik tuduhan kalau populasi LCGC membuat beban konsumsi BBM subsidi meledak tahun ini. Pasalnya, jumlah produksi LCGC yang ada sekarang ini hanya 10 persen dari total produksi mobil nasional.
"Selain itu, dengan teknologi yang ada, justru tingkat konsumsi BBM-nya lebih hemat dari rata-rata 12 kpl menjadi 20 kpl," lanjut Hidayat.
Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, menjelaskan bahwa regulasi LCGC mewajibkan setiap produsen membuat mobil dengan spesifikasi mesin khusus mengonsumsi BBM RON 92 (non-subsidi). Artinya, konsumen yang nekat mengonsumsi BBM subsidi untuk produk LCGC yang ada di pasar (Agya, Ayla, Karimun WagonR, dan Brio Satya) berarti akan merusak mobilnya sendiri.
Sumber internal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa evaluasi yang coba dilakukan pemerintah terhadap LCGC tidak tepat sasaran. Pasalnya, tidak ada lonjakan total penjualan mobil di pasar nasional pada periode Januari-Februari 2014.
"Penjualan mobil terlaris (seperti Avanza, Ertiga, Evalia, Mobilio, atau Picanto) itu justru turun. Mereka itu model-model yang biasa mengonsumsi premium," beber sumber itu.
Di sisi lain, penjualan LCGC mulai bertambah. "Artinya, dengan kemampuan konsumsi BBM unit per liter, itu (LCGC) seharusnya yang lebih irit. Nah, ini yang aneh," lanjut sumber itu lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.