Jakarta, KompasOtomotif - Keputusan Bank Indonesia dan Menteri Keuangan menaikkan uang muka (DP) minimal 25 persen dipastikan berdampak negatif terhadap industri sepeda motor nasional. Kini, giliran industri komponen yang galau. Pasalnya, menurut Ketua Umum Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), Hadi Surjadipradja, jika penjualan sepeda motor turun, otomatis produksi komponen ikut tertekan.
“Industri komponen motor sangat tergantung dari pertumbuhan penjualan dan produksi sepeda motor. Semua saling berkaitan,” tegas Hadi. Dijelaskan, kebijakkan kenaikan DP kredit kendaraan bermotor berdampak domino terhadap sub-industri atau pemasok komponoen (vendor). Bila permintaan turun, omzet industri komponen juga berkurang.
Sudah dimulai
Sementara itu, Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala menambahkan, sejumlah prinsipal bakal berhitung ulang jika pasar sepeda motor yang semula diprediksi terus tumbuh menjadi stagnan atau malah menurun tahun ini. Selama ini, perusahaan menambah investasi untuk memenuhi permintaan pasar yang tidak bisa lagi mengandalkan fasilitas produksi pabrik yang sudah ada. “Untuk apa menambah investasi kalau pasarnya justru turun,” tegas Sigit.
Diprediksi, penjualan sepeda motor berpotensi anjlok 25-30 persen dari tahun lalu akibat kebijakkan tersebut. Penurunan terbesar terjadi pada semester kedua tahun ini, meskipun terbantu lebaran, biasanya permintaan tinggi.
Penurunan penjualan juga terjadi di beberapa daerah di luar Pulau Jawa, karena harga komoditas seperti karet, minyak sawit, kopi dan kakao yang tidak stabil. “Dampak mulai terlihat karena beberapa lembaga sudah menaikkan uang muka," tutup Sigit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.