JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini beredar di media sosial video yang memperlihatkan BBM jenis Pertalite di SPBU Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, bercampur dengan air. Kondisi ini mengakibatkan beberapa kendaraan menjadi mogok setelah mengisi Pertalite tersebut.
Salah satu video tersebut diunggah oleh akun Instagram @folkshitt, Selasa (8/4/2025). Terlihat pada video, Pertalite yang diisi ke dalam botol bercampur dengan air.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Taufiq Kurniawan mengungkapkan, BBM yang tercampur zat lain itu adalah jenis Pertalite. Meski demikian, Taufiq menyebut bahwa zat lain yang dimaksud tersebut hingga kini masih dalam penyelidikan.
Baca juga: Interior MG Cyberster, Desain Kabin Manjakan Driver
Ia juga mengatakan bahwa pihak SPBU akan bertanggung jawab memberikan ganti rugi kepada konsumen yang kendaraannya terdampak.
Melibatkan 12 kendaraan yang terdampak akibat kejadian itu terdiri dari empat mobil dan delapan sepeda motor.
“Pihak SPBU langsung bertanggung jawab memberikan ganti rugi kepada setiap konsumen dengan memberikan biaya perbaikan dan mengisi ulang BBM pada setiap kendaraan,” ujat Taufiq, kepada Kompas.com, Selasa, (8/4/2025).
Andre, pemilik Workshop Dhinata Jaya Garage mengatakan bensin yang tercampur dengan air membuat proses pembakaran terganggu sehingga mesin tidak dapat beroperasi optimal.
Menurutnya, motor dengan kondisi bensin yang tercampur air apabila dipaksa untuk dinyalakan akan menyebabkan motor brebet.
“Bisa motor dinyalakan, tapi motor akan brebet nantinya bahkan tidak nyala sama sekali,” kata Andre.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Bengkel Honda Bintang Motor Cinere Ribut Wahyudi. Ia menjelaskan efek bensin yang tercampur air memang kurang baik untuk mesin.
"Efek bensin berair buat mesin itu pasti pembakaran kurang sempurna. Mesin bakal brebet-brebet. Kemudian kedua yaitu memperpendek usia busi, busi bakal lebih cepat mati," kata Ribut.
Ribut menjelaskan, motor brebet akibat pembakaran tidak sempurna. Sebab seharusnya mesin membakar uap bensin tetapi di sini menjadi air. Sedangkan titik didih air berbeda dengan bahan yang mudah terbakar semisal bensin.
Demikian dengan busi. Busi mengeluarkan api untuk membakar uap bensin tapi mahal membakar air. Karena air tak terbakar busi jadi basah hal itu yang kemudian membuat umur busi jadi pendek.
Baca juga: Ketahui Tanda Oli Transmisi Manual Sudah Minta Diganti
Pada motor Honda, penggunaan busi standar bisa mencapai 6.000 km sedangkan busi non standar bisa sampai 20.000 km. Namun biasanya saat servis motor mekanik akan memberitahu apakah busi perlu diganti atau tidak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.