Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Kecelakaan Beruntun, Rumus Jaga Jarak 3 Detik Sulit Dilakukan di Tol Indonesia

Kompas.com - 19/04/2024, 14:06 WIB
Gilang Satria,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Video kecelakaan beruntun viral di media sosial. Kecelakaan terjadi di Tol Cipali Km 139 dengan melibatkan empat kendaraan yaitu Toyota Calya/Daihatsu Sigra, Isuzu Panther, Toyota Avanza, dan bus.

Seperti diketahui, tabrakan beruntun biasanya terjadi sebab pengemudi tidak menjaga jarak aman dengan mobil di depannya.

Meski sudah banyak kejadian, tak sedikit masyarakat yang masih kurang perhatian menjaga jarak aman di jalan tol.

Baca juga: Teknologi RFID Bikin Pelat Nomor Khusus Tidak Bisa Diduplikasi

Sebetulnya dalam berkendara di jalan tol ada rumus jaga jarak tiga detik untuk menghindari tabrak belakang.

Tiga detik merupakan waktu persepsi manusia dan reaksi mekanikal kendaraan saat berada di jalan.

 

Selama periode arus mudik dan balik Lebaran 2024 (3-16 April 2024), PT Hutama Karya (Persero) mencatat Volume Lalu Lintas (VLL) kendaraan yang melintas di Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) mencapai total 1.560.000 kendaraan.Dok. Hutama Karya Selama periode arus mudik dan balik Lebaran 2024 (3-16 April 2024), PT Hutama Karya (Persero) mencatat Volume Lalu Lintas (VLL) kendaraan yang melintas di Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) mencapai total 1.560.000 kendaraan.

Namun di ruas jalan tol di Indonesia rumus tiga detik ini ternyata sulit dilakukan.

Istruktur utama, Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan, hanya sebagian kecil pengemudi di Indonesia yang paham dan menerapkan rumus tiga detik di jalan tol.

"Di Indonesia karena mayoritas pengguna jalan tidak paham step following distance, berbasis waktu reaksi, sehingga ketaatan meraka dan perilaku mereka dalam menyikapi jarak antar kendaraan itu tidak ada pedoman. Suka-suka mereka," kata Jusri kepada Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Baca juga: Apakah Perlu Mobil Di-spooring dan Balancing Usai Dipakai Mudik?

"Ketika kita menerapkan hal tersebut (3 detik) kita jadi kelompok minoritas dan ketika menerapkan di lingkungan mayoritas yang tidak paham itu akan sulit sekali," ujar Jusri.

 

Dua mobil yang mengalami tabrakan beruntun di Banguntapan, Bantul, DIYDok humas Polres Bantul Dua mobil yang mengalami tabrakan beruntun di Banguntapan, Bantul, DIY

Jusri mengatakan, ada dua alasan mengapa rumus tiga detik di jaln tol sulit diterapkan. Pertama karena orang Indonesia gemar menyalip, dan kedua pengemudi di Indonesia senang membuntuti mobil di depannya.

Baca juga: Tes Lengkap TVS Callisto 125, Ulas Desain sampai Biaya Kepemilikan

"Ketika kita sedang memjagajarak malah dikira kita kasih ruang orang masuk. Orang nyalip. Ini pertama. Kemudian, kedua saat kita sudah memberikan jarak di depan tapi di belakang kita tidak. Justru nempel bumper to bumper," ujarnya.

Untuk itu kata Jusri, rumus tiga detik baru bisa terlaksana jika setiap orang mesti paham bahaya di jalan kemudian menjaga jarak aman. Sehingga pengemudi tidak khawatir dengan kendaraan di depan dan tabrak belakang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com