JAKARTA, KOMPAS.com - Saat seseorang hendak membuat Surat Izin Mengemudi (SIM) baru, tes psikologi merupakan tahapan awal yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Sesuai namanya, tes psikologi bertujuan untuk mengukur kondisi mental pemohon SIM. Tahapan ini dianggap penting, karena bisa memprediksi perilaku pengendara di jalan.
Kendati demikian, Psikolog ahli yang bertugas mengawasi jalannya tes ini, mengaku banyak pemohon bersikap acuh dan tidak ambil pusing.
Riyan Zulfani, Psikolog SIM Polda Metro Jaya menjelaskan, sikap kurang baik tersebut menyebabkan banyak pemohon yang kebingungan, salah kaprah, bahkan terpaksa harus mengulang tes.
Baca juga: Kecelakaan Beruntun di Tol Semarang, Pentingnya Antisipasi Jarak Aman
“Padahal tes psikologi itu tidak pakai soal eksak (perhitungan), tapi lebih ke logika dan nalar, untuk menakar pola berpikir seseorang,” ucapnya kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (25/9/2023).
Dia menegaskan, jika seseorang dianggap tidak lulus tes psikologi karena keliru atau asal-asalan saat mengisi, maka tidak diperbolehkan mengikuti ujian SIM.
Supaya tidak kebingungan, Riyan membagikan beberapa tips bermanfaat yang bisa dilakukan pemohon jelang tes psikologi ujian SIM.
Pertama harus diketahui, tes psikologi akan berfokus pada 3 poin pengujian, yakni psikomotorik alias responsivitas, kognitif alias nalar, serta kepribadian.
Baca juga: Pertamina Naikkan Harga Pertamax Cs, Pertamina Dex dan Dexlite
Riyan menjelaskan, dari ketiga poin di atas, hanya poin kepribadian saja yang dianggap dinamis. Poin kognitif dan psikomotorik dianggap statis, alias memiliki standar.
“Biasanya pemohon yang gagal itu cenderung memiliki tingkat emosional tinggi dan respon rendah. Kenapa digagalkan? Karena dianggap berbahaya,” kata Riyan.
Untuk menyiasati hal itu, Riyan menganjurkan pemohon untuk terlebih dahulu mengikuti kursus di sekolah mengemudi. Hal ini dinilai sangat baik karena bisa mengasah beberapa kemampuan.
Baca juga: Toyota Corolla Altis Bersolek, Fitur Makin Beragam
Selain menguatkan kemampuan berkendara, sekolah mengemudi juga bisa mengajarkan soal kontrol emosi, dan menuntut pengendara untuk melihat dari sudut pandang orang ke-3, dan melatih sikap tenggang rasa.
“Soal kontrol emosi dan pengambilan keputusan itu kan penting sekali, apakah baik jika begini, harus mengambil sikap A atau B. Misalnya begitu,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.