Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diler Harley Tanggapi Fenomena Ribuan Moge Tak Bayar Pajak

Kompas.com - 24/12/2019, 07:42 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya jumlah kendaraan yang belum dibayarkan pajaknya membuat Badan Pajak dan Retribusi Daerah (BPRD) DKI Jakarta menggelar razia pajak. Tak terkecuali para pemilik motor gede (motor gede) yang disebutkan jumlahnya mencapai ribuan.

Sahat Manalu, Dealer Principal Anak Elang Harley-Davidson (HD) of Jakarta, mengatakan, kalau pajak STNK, seperti yang dirilis oleh Samsat, hanya 2 persen dari nilai faktur.

Baca juga: Ribuan Moge Belum Bayar Pajak, Tunggakan Hingga Rp 10 Miliar

"Tapi masalahnya, faktur itu kan sudah berikut pajak import duty, pajak barang mewah yang sudah mahal. Jadi, 2 persen juga dari yang mahal. Mungkin itu teman-teman pada komplain, kok mahal sekali ya," ujar Sahat, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Sederetan motor gede (moge) yang ikut meramaikan Distinguished Gentlemans Ride (DGR) pada 30 September 2018.KOMPAS.com/ANDIKA ADITIA Sederetan motor gede (moge) yang ikut meramaikan Distinguished Gentlemans Ride (DGR) pada 30 September 2018.

Sahat memberi contoh, harga Ultra Glide yang Limited Edition. Harga off the road mencapai Rp 1,3 miliar, kalau on the road bisa mencapai Rp 1,5 miliar sampai Rp 1,6 miliar. Nah, kalau 2 persen dari Rp 1,6 miliar berarti sudah Rp 32 juta itu satu tahun. Artinya, 2 persen dari harga pajak yang sudah tinggi.

"Mungkin yang jadi alasan dari teman-teman adalah sudah bayar pajak mahal tapi kok belum bisa merasakan benar-benar benefitnya. Misalnya, jalan macet terus, tidak diperbolehkan masuk tol," kata Sahat.

Baca juga: Ribuan Pemilik Moge Masih Menunggak Pajak, Simak Lagi Tarif PPnBM

Sahat menambahkan, itu bisa dibilang harapan, tapi tentunya ada perdebatan di situ. Sebab, jalan tol bukan hanya masalah kapasitas mesin semata.

"Tapi sebagai diler, kita mendukung pemungutan pajak kendaraan, memang harus dibayar. Tapi balik lagi, pemerintah juga harus mengiringinya dengan perbaikan-perbaikan yang diperlukan teman-teman," ujar Sahat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau