KOMPAS.com - Sebanyak 60.000 orang tumpah bersamaan menuju dan kemudian keluar dari Stadion Rajamangala tempat Coldplay menggelar konser di Bangkok, Thailand, Jumat (7/4/2017).
Jam tampil mereka seiring dengan usainya operasional mayoritas angkutan massal, termasuk MRT, Bangkok SkyTrain, sehingga tidak bisa lagi diandalkan untuk mengakomodasi puluhan ribu orang tersebut.
"Semua jalur bus yang melewati daerah itu penuh. Kemacetan lalu lintas membuat taksi main harga borongan," demikian dipaparkan media setempat, Kapook.com, Sabtu (8/4/2017).
Wanti-wanti soal kemacetan konser Coldplay sebenarnya sudah menjadi imbauan di Thailand seperti dicatat Bangkokpost.com.
Pesan yang sama juga ditekankan ketika grup rock alternatif dengan formasi Chris Martin (vokal), Jonny Buckland (gitar), Guy Berryman (bas), dan Will Champion (drum) itu tampil di India, tepatnya Mumbai, pada 2016 lalu, seperti ditulis Indianexpress.com, demikian juga di Filipina, seperti ditulis Philstar.com.
"Menakjubkan sekali saat melihat kalian akhirnya bisa melalui kemacetan lalu lintas dan sekarang berada di sini untuk melihat kami," seru Chris Martin kepada para penontonnya saat konser di Bangkok, seperti dikutip majalah gaya hidup GQ Thailand versi online, Senin (10/4/2017).
Chris Martin sendiri sudah menangkap problema tersebut. Di sisi lain, penggemar mereka memang banyak, dari berbagai usia, dan beragam negara. Sebab, rentang waktu eksistensi Coldplay cukup panjang dari sejak lagu "Yellow" di album Parachutes (2000) hingga "A Head Full of Dreams" di album yang bernama sama (2015).
Karena itu pula, banyak warga Indonesia yang berusaha untuk terbang menuju tempat-tempat konser di negeri tetangga tersebut.
Bahkan, keberadaan mereka masuk catatan media massa, mulai dari pengibaran bendera Slank untuk konser di Thailand (baca: Bendera Mereka Berkibar pada Konser Coldplay di Bangkok, Slank Bangga), hingga di Australia ketika ada seorang pria melamar pasangannya, seperti diberitakan di dailymail.co.uk.
Lalu, bagaimana jika kehebohan soal konser Coldplay terjadi di Indonesia, tepatnya di Jakarta? Entah, akan seberapa tinggi lagi tingkat kemacetannya.
"Secara normal" saja, Ibu Kota ini sudah akrab dengan istilah yang satu itu.
Bawa mobil pribadi
Andaikata Coldplay tampil di Jakarta, maka pasrah pada kondisi terjebak di antara arus kendaraan yang padat menuju area konser memang mau tak mau akan terjadi.
Namun, pasrah untuk tidak bisa datang dan pulang saat konser karena keterbatasan alat transportasi umum ataupun tarifnya mendadak mahal sebenarnya bisa dihindari sedari awal.
Membawa kendaraan pribadi adalah salah satu solusinya. Dengan satu cara ini pula, datang ke konser pun bisa dilakukan bersama teman-teman. Di sisi lain, naik mobil pribadi meminimalkan rasa waswas orangtua yang khawatir kalau-kalau anaknya kesulitan untuk pulang saat malam hari.
Jadi, ukuran mobil tentu berpengaruh karena pasti berebut tempat parkir, dan jika beruntung maka bisa memanfaatkan lahan sempit yang mungkin ada di dekat pintu keluar.
Mobil kecil semacam low cost green car (LCGC) yang punya panjang 3,6 meter juga meminimalkan kekhawatiran untuk bersenggolan, selain juga pasti lebih hemat kalau terjebak macet saat antre.
Lalu, ketika akan bertelepon di jalan, misalnya untuk janjian dengan teman-teman yang juga akan datang ke konser itu, hal ini pun perlu diwaspadai. Jangan sampai karena tidak konsentrasi sambil menggenggam smartphone, yang terjadi adalah menyenggol mobil lain saat antre, dan malah jadi menyisakan urusan.
Fitur-fitur di mobil seperti Bluetooth pairing bisa jadi pilihan karena tinggal mengatur smartphone agar terhubung tanpa kabel menggunakan Bluetooth ke head unit perangkat layar pusat hiburan di mobil.
Selebihnya tinggal ngobrol karena suaranya sudah terhubung dengan audio bawaan mobil, lalu prosesnya bisa diatur di setir, teknologi mewah yang kini bahkan sudah terpasang di mobil LCGC Daihatsu New Ayla varian tertinggi bernama Deluxe.
Bluetooth pairing biasanya ada di perangkat audio ukuran 2-DIN, yang pastinya bisa juga untuk menyetel MP3, CD, atau bahkan memutar video, misalnya konser Coldplay, demi “mamanaskan” jam-jam pra-konser atau menghapal lirik-liriknya, di samping untuk menenangkan diri agar terhindar dari stres saat macet.
Soal stres saat macet, transmisi otomatis juga bisa jadi pertimbangan karena kaki tidak pegal kalau harus gas-rem gas-rem saat antre masuk atau keluar arena konser, seperti yang kini juga sudah tersedia di mobil Ayla dengan budget anak muda itu.
Jadi, kembali lagi, mungkinkah Coldplay mempertimbangkan untuk mengadakan konser di Jakarta? Bermimpi tidak ada yang melarang. Yang penting kita sudah siap jauh-jauh hari sebelumnya.