Jakarta, KompasOtomotif – Buat sebagian biker membeli perlengkapan penunjang sepeda motor adalah hal wajib, salah satunya jaket. Jaket sudah menjadi hal lumrah karena digunakan sehari-hari untuk berkendara. Masalahnya, banyak pemikiran biker yang salah ketika hendak membeli perlengkapan ini.
“Orang Indonesia itu selama merek impor pasti dianggap bagus, padahal tidak melulu seperti itu. Edukasi perlu ditanamkan pada mereka ketika memilih jaket untuk riding,” kata Arif Gampang Utomo, Direktur PT Sinergi Mitra Utama (Respiro) saat berbincang dengan KompasOtomotif di Jakarta, Minggu (6/11/2016).
Satu hal yang wajib diketahui konsumen adalah, setiap merek impor pasti melakukan riset mendalam sebelum membuat produk perlengkapan penjunjang sepeda motor, baik itu jaket, sarung tangan, sepatu, dan lain sebagainya. Semua data penunjang diperoleh dari negara asal di mana jaket tersebut nanti dipasarkan, sehingga tepat sasaran.
“Nah ini, menjadi hal paling dasar dan banyak orang Indonesia tidak tahu. Merek impor itu semuanya serba riset, tapi apakah riset di negaranya itu cocok buat biker di Indonesia, kan belum tentu. Kondisi semuanya berbeda, dari cuaca, kondisi jalan, pergantian suhu udara, dan lain sebagainya,” ucap Arif.
Mahal
Misalnya, Arif menjelaskan, satu jaket merek impor ternama yang kerap melekat pada pebalap MotoGP dijual di Indonesia. Jaket ini dinilai Arif sangat bagus, karena punya bahan multi-layer (berlapis) karena diproduksi untuk negara dengan cuaca sub-tropis. Pelindung penunjang juga dilengkapi, mulai dari siku sampai tulang belakang.
“Saya tidak pernah mengatakan kalau merek impor itu jelek, produk mereka bagus sekali. Tetapi, apa perlu seseorang yang naik bebek atau skutik menggunakan jaket multi-layer pasti bakal membuat kepanasan seperti itu? Apalagi, saat riding, siang hari di Jakarta, misalnya. Alasan ini membuat kami memproduksi produk-produk yang cocok, teknologi disesuaikan dengan kondisi di Indonesia,” kata Arif.
Perilaku berkendara juga jadi pertimbangan utama saat merek membuat produk. Di Jakarta misalnya, cerita Arif, pengguna sepeda motor sport kelas 250cc misalnya. Paling rata-rata kecepatannya hanya 40-50 kpj saja. Beragam latar belakang ini juga yang menginspirasi Arif ketika menciptakan produk untuk Indonesia.
“Tentu jaket dengan ragam perlindungan dan kualitas bahan tinggi membuat harga semakin mahal. Tetapi, bukan itu yang dibutuhkan sebagian besar biker di Indonesia, mungkin ada porsi kecil buat segmen tertentu. Namun, biker Indonesia butuh jaket yang misalnya adem di saat terik matahari dan tak mudah basah saat hujan, sehingga nyaman. Jaket jenis ini tak perlu teknologi sekompleks merek impor tadi dan harganya pasti jauh lebih murah,” kata Arif, menjelaskan.
Satu hal yang pasti, Arif meminta biker Indonesia untuk lebih melek informasi. Sebelum membeli, pastikan mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan, jangan sekedar menggunakan kacamata kuda dan terbuai merek impor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.