"Keputusan ini sudah sangat dipertimbangkan (oleh Toyota) dan sudah final. Bukan hal yang bisa dicegah pemerintah dengan mengatakan tunda dulu sebelas jam dan memberikan 100 juta dollar atau 200 juta dollar sambil mengatakan tolong, tolong, tolong, jangan pergi," tukas Abbott dilansir AFP (12/2/2014).
Keputusan raksasa Jepang ini mengakhiri sejarah 66 tahun manufaktur otomotif di Australia. Artinya, tidak akan ada lagi mobil yang diproduksi di dalam negeri, semua yang dipasarkan menjadi impor. Toyota mengaku ongkos produksi yang menggunung, nilai tukar yang menguat, dan pasar yang terus menciut membuat bisnis tak menarik lagi.
"Kami sudah mencoba dengan industri otomotif. Ini tidak berjalan baik dan saat ini yang terbaik adalah fokus pada hal lain yang kita bisa lakukan dengan baik dan menguntungkan," lanjut Abbott.
Angkat Kaki
Merek pertama yang angkat kaki dari Australia adalah Mitsubishi, lima tahun lalu. Pengumuman selanjutnya dilakukan Ford, mengatakan akan menghentikan produksi pada 2016 disusul General Motors melakukan hal serupa dengan jadwal setahun berikutnya (2017).
Berhentinya industri manufaktur otomotif di Australia memicu terjadi kontak politik antara pemimpin. Pihak buruh sebagai oposisi menyalahkan pemerintah tidak bisa melakukan langkah preventif untuk menghindari penghentian produksi. Mereka menyatakan, 50.000 orang akan kehilangan pekerjaan bukan cuma dari pabrik perakitan mobil tapi juga industri pendukung, seperti komponen dan distribusi.
"Warga Australia akan menuntut Anda mundur akibat berakhirnya industri otomotif karena kami memegang tanggung jawab Anda," tegas Bill Shorten, pemimpin buruh kepada Abbott di parlemen.
Great Depression
Kim Carr, juru bicara dari pihak industri (dari pihak buruh) membandingkan kondisi ini sama seperti yang terjadi di negara bagian Victoria dan Australia Selatan yang mengalami krisis berjuluk "Great Depression" pada 1930. Pengangguran akan meningkat tajam akibat mendiamkan kondisi seperti ini.
"Sepertinya bagi pekerja lapangan di Australia, ini adalah krisis ekonomi. Hal yang sudah lama tidak kami hadapi sejak kejadian Great Depression," tukas Kim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.