JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk menekan harga jual mobil hybrid, pemerintah, melalui Kementerian Lingkungan Hidup, tengah mengkaji insentif. Kebijakan akan disinergikan dengan kementerian terkait, antara lain, perindustrian, perdagangan, serta energi dan sumber daya mineral.
Deputi Menteri Lingkungan Hidup Hendri Bastaman menjelaskan, Indonesia memiliki target untuk bisa mengurangi panas bumi akibat efek rumah kaca sebanyak 26 persen pada 2020 mendatang. Untuk itu, produk kendaraan yang ramah lingkungan menjadi salah satu faktor utama untuk mencapai hal tersebut.
”Kita masih mengkaji di tingkat internal. Toyota memang salah satu yang gencar menanyakan insentif itu. Kita masih membahasnya,” ujar Hendri di sela-sela penyerahan penghargaan Toyota Eco Youth ke-5, Minggu malam.
Seperti diketahui, saat ini mobil hybrid yang masuk ke pasar mobil nasional justru dikenai pajak besar, mengakibatkan harga jual ke konsumen melambung. Toyota Prius, misalnya, harga dibandrol sekitar Rp 450 juta per unit, sementara produk satu segmen dengan teknologi konvensional justru dijual dengan harga Rp 250 jutaan.
Hendri mengaku, dengan adanya insentif mobil ramah lingkungan di Indonesia akan membuat ATPM gencar memboyong unit ke Indonesia. Namun, ungkapnya, penerapan peraturan seperti ini perlu proses dan memikirkan kepentingan masyarakat banyak.
”Memang teorinya gampang, tapi implementasinya sulit. Kalau sekarang cuma Toyota yang menikmati, takutnya berbenturan dengan perihal persaingan usaha,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Johnny Darmawan menambahkan, saat ini tren perkembangan industri otomotif dunia sudah mengarah ke produk ramah lingkungan. Indonesia, menurut dia, sebagai negara paling potensial di wilayah ASEAN, harus segera bergerak.
”Pasar otomotif bangkit lagi, kita sudah mulai dilirik oleh prinsipal ketimbang Thailand. Saat ini teknologi yang tepat ya hybrid, kalau tak bergegas takutnya Indonesia akan ketinggalan lagi nantinya,” urai Johnny.
Pemerintah, kata Johnny, harus segera merumuskan insentif yang bisa menarik prinsipal untuk memasarkan produk ramah lingkungannya di Indonesia. ”Harapan kami, mobil-mobil ramah lingkungan ini mendapat insentif. Saat ini Amerika Serikat, Jepang, dan lainnya sudah melakukannya. Saat ini kita terlalu banyak pertimbangan, takut anggaran defisit kalau memberi insentif,” ucap Johnny.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.