JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Riyanto menyatakan penerapan insentif pada sektor otomotif mampu meningkatkan ataupun menumbuhkan penjualan hingga 16 persen.
Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil temuan dari penelitiannya dengan mengasumsi pihak pemerintah memberikan diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 100 persen.
"Ini simulasi kita kalau mau memberikan insentif, bahkan sampai PPnBM-nya 0 persen, pasar akan berkembang mungkin sampai 16 persen," kata dia di Jakarta, Selasa (14/1/2025).
Dirinya mensimulasikan, apabila insentif tersebut diberlakukan hingga 0 persen, penjualan mobil bisa bertambah hingga 160,428 unit.
Sementara apabila PPnBM ditetapkan sebesar 5 persen, bakal meningkatkan penjualan sebanyak 10,7 persen dengan total penambahan permintaan 106,952 unit.
Selanjutnya, dengan diskon PPnBM 7,5 persen atau tarif 7,5 persen, harga mobil bisa turun 5,3 persen, dengan tambahan permintaan 80.214 unit.
Sejalan dengan itu maka akan memberikan penerimaan negara lebih besar. Sebab industri otomotif, secara langsung maupun tidak langsung akan berkontribusi Rp 177 triliun terhadap PDB apabila PPnBM pada mobil sebesar 10 persen.
Kemudian ketika PPnBM 7,5 persen atau diberikan diskon setengahnya, maka kontribusi atau pendapatan tambahan yang bisa diperoleh negara Rp 181 triliun. Kemudian Rp 185 triliun jika PpnBM 5 persen dan Rp 194 triliun dengan PPnBM 0 persen.
Selain itu, akan ada tambahan tenaga kerja otomotif sebanyak 7.740 orang dengan PPnBM 10 persen, lalu 11.611 orang dengan PPnBM 7,5 persen, 15.481 orang dengan PPnBM 5 persen, dan 23.221 orang dengan PPnBM 0 persen.
Adapun tambahan tenaga kerja dalam perekonomian (multiplier effect) mencapai 15.790, 23.685, 31.581, dan 47.371 orang, dengan PPnBM masing-masing 10 hingga 0 persen.
Meski demikian, Ekonom Raden Pardede menegaskan bila insentif hanya bersifat sementara. Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya menegah ke bawah untuk ke level kelas menengah.
"Kalau kita lihat faktor utama yang menentukan adalah daya beli. Boleh saja ada insentif. Tapi insentif itu sifatnya hanya sementara," ujar Raden.
"Utamanya, bagaimana cara untuk menaikkan kelas menengah karena golongan ini yang melakukan pembelian mobil," lanjut dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2025/01/15/171200615/seberapa-signifikan-peran-insentif-terhadap-pertumbuhan-penjualan-mobil-di