JAKARTA, KOMPAS.com - Ban mobil yang bocor sering kali dianggap masalah kecil yang bisa segera diatasi dengan tambalan.
Namun, tidak semua kebocoran dapat ditangani dengan cara tersebut. Dalam beberapa kondisi tertentu, mengganti ban menjadi langkah terbaik demi keselamatan berkendara.
Menurut Fachrul Rozi, Product Marketing Manager PT Michelin Indonesia, jenis kebocoran sangat menentukan tindakan yang harus dilakukan. Salah satu jenis kebocoran yang tidak bisa ditambal adalah pada bagian dinding samping ban.
“Bagian dinding samping ban memiliki struktur yang lebih tipis dibandingkan telapak ban. Kalau kebocoran ada di area ini, apalagi misal bocornya cukup lebar, sebaiknya ban langsung diganti karena tambalan tidak akan efektif,” kata Rozi kepada Kompas.com, Minggu (15/12/2024).
Rozi menjelaskan, dinding samping ban dirancang untuk fleksibilitas, bukan untuk menahan tekanan langsung seperti bagian telapak ban. Jika dipaksakan tetap digunakan, ban bisa mengalami kerusakan lebih parah yang berisiko menyebabkan kecelakaan di jalan.
Kebocoran pada telapak ban, di sisi lain, masih dapat diatasi dengan tambalan, asalkan lokasinya tidak berada di tepi ban atau berdekatan dengan dinding samping. Namun, tambalan pun memiliki batasan tertentu.
“Kalau ban sudah ditambah lebih dari dua kali, mending ganti ban saja,” kata dia.
Lebih jauh, Rozi mengingatkan pengemudi untuk memeriksa ban secara rutin, terutama sebelum perjalanan jarak jauh. Ban yang terlalu aus atau memiliki indikasi kerusakan sebaiknya segera diganti untuk mencegah masalah saat berkendara.
“Periksa tekanan udara lebih rutin, juga kondisi ban, terus juga cek adakah benda tajam yang menancap di permukaan. Keselamatan mesti jadi prioritas,” kata Rozi.
Dengan memahami jenis kebocoran yang tidak bisa ditoleransi dan pentingnya pemeriksaan rutin, pengemudi dapat menjaga keselamatan di jalan dan mengurangi risiko kecelakaan akibat kerusakan ban.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/12/16/100200615/ban-mobil-bocor-kapan-mesti-ganti-