JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan yang melibatkan truk terus menjadi ancaman di jalan raya. Baru-baru ini, insiden di persimpangan Slipi menyebabkan dua korban jiwa.
Kecelakaan tersebut terjadi karena sopir truk mengaku mengantuk sehingga gagal mengerem di persimpangan. Selain itu, truk tersebut melintas di luar jam operasional yang seharusnya.
Menurut pengakuan sopir, ia sudah mengemudi sejak pukul 03.00 WIB dari Cikarang, sehingga kelelahan dan mengantuk. Hal ini menunjukkan perilaku yang tidak bertanggung jawab, karena mengemudi dalam kondisi mengantuk sangat berbahaya.
Menanggapi insiden tersebut, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, meskipun sopir sering kali menjadi pihak yang disalahkan, ada faktor lain yang turut berkontribusi dalam kecelakaan truk
"Saya setuju sopir yang paling bertanggung jawab. Tetapi ada peran penyerta dari setiap kali truk kecelakaan. Sopir ini bukan pemilik (truk atau barang), mereka hanya karyawan bayaran yang diminta mengoperasikan truk," kata Sony kepada Kompas.com, Rabu (27/11/2024).
Sony mengatakan, kalau sopir menyetir sambil mengantuk, bisa saja mereka terpaksa melakukan hal tersebut. Jadi gabungan antara capek, kurang istirahat, truk yang tidak terawat, dan tekanan dari bos.
"Pengemudi truk itu sadar kurang istirahat. Tapi, mereka bisa apa jika tekanannya tinggi," kata Sony.
Sony menjelaskan, harus ada lembaga yang mengendalikan di lapangan. Cuma faktanya, stake holder yang ada di jalanan kadang turut jadi bagian yang menyumbang kecelakaan.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/11/28/064200615/kecelakaan-truk-sopir-kerap-jadi-kambing-hitam