Martin mengakhiri musim ini dengan total poin 508 poin. Sementara Francesco Bagnaia, hanya tertinggal 10 poin, yakni 498 poin.
Secara statistik, Bagnaia terlihat lebih unggul dengan total kemenangan lebih banyak. Sedangkan Martin, jumlah kemenangan yang diraihnya jauh lebih sedikit.
Untuk diketahui, musim ini totalnya ada 40 kali balapan yang terbagi menjadi dua. Sprint race digelar pada Sabtu dan balapan utama pada Minggu.
Martin hanya meraih 10 kemenangan, termasuk sprint race dan balapan utama. Musim ini, dia sudah naik podium 32 kali. Namun, dia juga pernah tiga kali gagal menyelesaikan balapan dan tidak meraih poin.
Bagnaia sendiri berhasil meraih 18 kemenangan sepanjang musim ini. Namun, jumlah podiumnya hanya 26 kali. Selain itu, Bagnaia juga pernah gagal meraih poin sebanyak delapan kali.
Martin bisa menjadi juara dunia tidak hanya karena konsisten. Tapi, ada faktor lainnya juga, yakni Bagnaia yang beberapa kali gagal meraih poin penting. Bagnaia sendiri mengakui, sangat sulit untuk mempertahankan gelar juara dunia mengingat dirinya delapan kali gagal finis.
Situasi seperti ini pernah terjadi sebelumnya, tepatnya pada MotoGP 2020. Saat itu, Joan Mir yang berhasil menjadi juara dunia.
Padahal, Mir yang saat itu menjadi pebalap Suzuki hanya berhasil meraih kemenangan satu kali dan tiga kali gagal mendapatkan poin dari 14 seri yang digelar. Tapi, Mir berhasil mengumpulkan total enam podium.
Begitu pula dengan Nicky Hayden yang menjadi juara dunia MotoGP 2006. Saat itu, Hayden bersaing ketat dengan Valentino Rossi. Tapi, Hayden hanya sanggup mencatatkan dua kemenangan sepanjang musim.
Pada saat seri penentuan gelar juara dunia, Rossi terjatuh dan kehilangan kesempatan untuk menjadi juara dunia. Hayden yang cukup konsisten naik podium akhirnya berhasil menjadi juara dunia.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/11/18/130100415/jarang-podium-1-jorge-martin-bisa-juara-dunia-motogp