JAKARTA, KOMPAS.com – Setelah resmi dipasarkan pada pameran GIIAS 2024, redaksi Kompas.com akhirnya berkesempatan menjajal langsung Aion Y Plus. Rute Jakarta-Bandung PP dipilih untuk mengetahui bagaimana impresi berkendara mobil listrik ini.
Melihat spek di atas kertas, Aion Y Plus dibekali satu motor listrik yang menggerakan roda depan, dengan tenaga sebesar 150 kW atau setara 201 Tk dan torsi maksimal 225 Nm.
Kebetulan unit yang dicoba adalah Aion Y Plus Exclusive dengan baterai berkapasitas 50,66 kWh yang diklaim sanggup mencapai jarak 410 Km. Soal harga, mobil listrik dibanderol mulai Rp 410 juta OTR Jakarta.
Bisa dibilang tenaga dan torsi mobil listrik ini bukan yang paling besar di kelasnya. Namun, output dari dapur pacunya sudah lebih dari cukup untuk menghela crossover listrik ini.
Pengendalian mobil saat dipacu di jalan tol terasa cukup baik. Gejala limbung masih terasa, tapi dalam batas yang wajar.
Asyiknya, suspensi mobil terbilang lembut. Saat melewati polisi tidur atau jalan bergelombang, penumpang di dalam terasa nyaman.
Begitu juga ketika melewati sambungan jalan Tol Layang MBZ. Mobil tetap stabil meski dipacu dengan kecepatan tinggi.
Salah satu yang menarik dari mobil listrik adalah fitur rem regeneratif, yaitu sistem pengereman yang mengubah energi kinetik kendaraan menjadi energi listrik saat kendaraan melambat atau berhenti.
Sayang untuk mengoperasikan fitur ini terasa kurang praktis. Padahal rem regeneratif punya peran besar untuk membuat konsumsi daya listrik lebih irit.
Fitur ini dapat difungsikan melalui head unit layar sentuh yang berada di tengah dasbor. Pengendara harus masuk ke dalam pengaturan mobil untuk mengaktifkan teknologi ini.
Dalam menu ‘Driving Settings’, terdapat pilihan Energy Recovery Level: High atau Low. Pilihan High menandakan aktifnya rem regeneratif, sedangkan Low berarti rem regeneratif tidak aktif.
Sebagai ilustrasi, ketika fungsi rem regeneratif tidak, maka mobil akan menggelinding seperti bola, dan akan berhenti ketika momentumnya habis.
Adapun jika rem regeneratif bekerja aktif dan kuat, maka mobil terasa seperti melakukan engine brake. Efeknya, pengemudi tidak perlu menginjak rem dan baterai dapat terisi dayanya sambil deselerasi.
Sementara itu, soal kekedapan kabin mobil ini terasa biasa saja. Selama berkendara masih terdengar suara road noise, adapun suara bising dari lingkungan sekitar cukup minim. Tapi suara hujan dari bagian atap masih cukup terdengar.
Satu hal menarik dari Aion Y Plus adalah visibilitas yang luas buat pengemudi. Serta ruang kabin yang luas buat penumpang di baris kedua.
Terlebih interior didominasi warna cerah, serta adanya fitur panoramic sunroof, bikin penumpang betah berlama-lama di mobil.
Meski begitu, jarak dasbor dan kap mesin dari setir masih terasa agak jauh ke depan. Namun berkat fitur kamera 360 dan ADAS yang cukup lengkap, menyetir mobil ini di tengah perkotaan yang macet bukan masalah besar.
Hanya saja pengemudi memang butuh pembiasaan. Sebab sejumlah fitur penting memang cuma bisa dioperasikan lewat layar monitor head unit.
Di antaranya adalah fitur spion lipat dan spion elektrik pada mobil ini, AC, serta mode berkendara. Tentu buat yang terbiasa pakai mobil konvensional, pasti harus adaptasi lebih dulu sebelum mengendarai Aion Y Plus.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/09/28/100200215/impresi-berkendara-mobil-listrik-aion-y-plus-jakarta-bandung-