Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

EV Bukan Satu-satunya Instrumen untuk Mengurangi Emisi pada Kendaraan

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menyampaikan bahwa kendaraan listrik (electric vehicle/EV) bukan satu-satunya instrumen untuk mengurangi emisi pada kendaraan bermotor.

Lebih dari itu, masih banyak sektor potensial di Indonesia yang bisa dimanfaatkan seiring ketersediaan dan kekayaan sumber daya energi. Bahkan, bisa menciptakan ekonomi sirkular.

Salah satunya ialah pemanfaatan bioenergi, termasuk bioetanol. Bahan ini bisa didapatkan dari tanaman tebu, sorgum, singkong, jagung, dan sebagainya.

"Terkadang kita terlalu berfokus mencapai emisi nol persen (Net Zero Emission/NZE) di 2060. Sementara yang dekat-dekat, seperti di 2030, tidak diperhatikan," kata dia di Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/9/2024).

"Padahal hal ini penting. Jadi intinya, bagaimana kita itu bisa menekan emisi di 2030, membuat jembatan yang pada akhirnya bisa mencapai target NZE nanti," lanjut Bob.

Lebih lanjut, Bob menyebut banyak tantangan yang dihadapi Indonesia untuk dapat memenuhi target dunia mencapai emisi nol bersih (Net Zero Emission) pada 2060.

Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), hingga 2023, persentase bauran energi Indonesia masih didominasi batu bara (40,46 persen), minyak bumi (30,18 persen), gas bumi (16,28 persen), sedangkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih mencapai 13,09 persen.

Namun untuk target yang lebih dekat, yakni pengurangan emisi karbon sebanyak 41 persen pada 2030, dapat didorong dengan kendaraan yang menggunakan energi ramah lingkungan lain, yakni hybrid dan bioetanol.

“Berbagai sumber energi ini dapat dikembangkan beriringan dengan BEV,” ujar Bob.

Oleh karenanya, pabrikan menginisiasi hadirnya produk flexy fuel vehicle (FFV) berupa Toyota Fortuner hingga kendaraan elektrifikasi Toyota Kijang Innova Hybrid, yang keduanya bisa menenggak bahan bakar fosil atau bioetanol hingga kadar tinggi.

Meskipun saat ini mesin kendaraan Toyota sudah mampu menenggak bahan bakar dengan campuran etanol tanpa ubahan spesifikasi.

Sementara itu, Ahli Proses Konversi Biomassa Institut Teknologi Bandung (ITB) Ronny Purwadi menyatakan bioetanol bisa juga berusmber dari bahan lain yang mengandung pati seperti singkong, jagung, sagu, dan sorgum.

Pada inovasi berikutnya, bioetanol bisa dihasilkan dari tandan kosong sawit, bagase tebu, tongkol jagung, serbuk gergaji, dan jerami padi.

"Inilah biofuel next generation yang kita kenal dengan drop, bisa digunakan langsung tanpa harus dicampur. Tetapi pengembangannya membutuhkan enzim, bahan inilah yang masih mahal dan tidak semua negara sudah memilikinya," kata dia.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/09/06/071200015/ev-bukan-satu-satunya-instrumen-untuk-mengurangi-emisi-pada-kendaraan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke