Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nasib Pengrajin Knalpot di Tengah Penetrasi Motor Listrik

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyerapan sepeda motor listrik memang belum banyak. Namun di masa depan motor listrik dipercaya akan jadi salah satu produk alternatif yang bisa menyaingi populasi motor bensin.

Untuk itu para pemain di sektor otomotif saat ini termasuk produsen atau pengrajin knalpot aftermarket skala kecil dan menengah perlu memikirkan bisnis yang berkelanjutan.

Sebab jika nanti populasi motor listrik meningkat permintaan knalpot aftermarket bakal berkurang.

Edi Nurmanto alias Abenk, pemilik Abenk Racing Exhaust, mengatakan, perihal tersebut sebetulnya sudah mulai dibicarakan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sejak 2019.

“Itu sudah mulai di Purbalingga mulai dari 2019, Kementerian Perindustrian bicara seperti itu,” kata Abenk kepada Kompas.com, Minggu (14/7/2024).

Abenk mengatakan, para pengrajin knalpot di Purbalingga diimbau untuk mulai memasuki industri komponen yang lain. Terutama komponen-komponen teknis yang berkaitan dengan motor listrik.

Abenk mengatakan, imbauan itu diterima dengan baik. Tapi fakta di lapangan masih sulit. Sebab arah komponen yang dimaksud ialah menjadi penyuplai komponen alias vendor untuk pabrikan atau Agen Pemegang Merek (APM).

“Tapi kalau kendaraan listrik itu spare part ada komponen seperti per, lengan ayun dan macam-macam itu arahnya ke APM, sedangkan untuk bisa mengikuti APM, itu mesti banyak sertifikat mesti ada ISO dan lainnya,” kata Abenk.

“Sedangkan selama ini pengrajin itu acak-acakan. Pengrajin itu modalnya tidak besar, karena modalnya las, gunting dan linggis, tak semua pengrajin punya modal besar untuk kerjasama dengan APM,” ujarnya.

Abenk mengatakan, kesulitan pengrajin knalpot beralih ke industri komponen ialah modal dan alat produksi.

“Kalau mau beralih ke motor listrik kan mesti bekerjasama dengan APM dan bikin komponen A, B, C seperti itu,” kata Abenk.

“Secara marjin mungkin salah tujuan untuk kerjasama dengan APM. Menurut perhitungan saya minimal modalnya ialah Rp 1 miliar sedangkan pengrajin kecil itu modalnya hanya Rp 1- Rp 10 juta,” ujar Abenk.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/07/14/150100715/nasib-pengrajin-knalpot-di-tengah-penetrasi-motor-listrik-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke