Contohnya di baterai "bundar" sekali pakai buat perangkat elektronik yang banyak ditemui, jika daya baterai sudah habis biasanya baterai akan dibuang. Kemudian nanti baterai akan didaur ulang.
Hermawan Wijaya, Direktur Marketing PT International Chemical Industry (ABC Lithium), mengatakan, daur ulang baterai cukup rumit sebab semua bagian baterai mesti dipisahkan satu per satu.
Saat ini belum ada daur ulang baterai kendaraan listrik, namun prosesnya tidak jauh berbeda dengan daur ulang batu baterai bundar yang selama ini beredar.
"Proses sederhananya dibongkar habis, terus dipisahkan sama mereka (perusahaan recycle), kepalanya plastik, tengahnya alumunium dan bawahnya plastik lagi," kata Hermawan yang ditemui belum lama ini.
"Di dalamnya ada elektronik ada sekat ada alumunium lagi, itu dibongkar semua dan dikelompokkan, ini yang plastik, ini elektronik dan kabel dan segala macam," ujarnya.
Hermawan mengatakan, nanti masing-masing bagian akan didaur ulang berdasarkan materialnya. Misalkan plastik akan masuk jalur daur ulang ke plastik begitu juga dengan alumunium, dan sel baterai.
"Sel akan masuk ke bagian sel. Sel ini nanti akan dibongkar lagi, sebab di dalamnya bagnyak lagi bagiannya, kalau plastik kan sudah habis, begitu juga alumunium," katanya.
"Di dalam baterai sel isinya ada alumunium, copper, ada elektroli, ada graphit, mau itu LPF, NCM macam-macam. Ini semua dibongkar lagi dipisah-pisah lagi, nanti baru diproses yang mana bisa langsung dan tidak langsung," ujarnya.
Pengertian langsung dan tidak langsung, yaitu material yang dapat didaur ulang atau jadi produk lain dan yang tidak dapat langsung jadi produk lain.
"Misalkan seperti chasing baterai bundar, begitu dibuka chasingnya sudah metal, tapi katodanya tidak bisa, mesti dipisah, nanti bubuknya itu diproses lagi. Kobal sendiri, lithium sendiri, kalau dilanjutkan dibuat bubuk lagi," ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/05/20/082200115/proses-daur-ulang-baterai-kendaraan-listrik-cukup-rumit-